Chapter 21 : Taruhan
"Ngecapt lagi, bos? Bukannya hari ini nggak ada acara apa-apa ya?" tanya Arlan, cowok itu datang seperti biasanya, terlalu semangat dan memasang wajah ganteng. Bajunya setengah keluar, dua kancing atasnya terbuka namun apalah daya jika perutnya yang lumayan buncit itu tidak memadai.Aldevan menatap sekilas, kini mereka berada di sisi lapangan. Sepagi ini juga mereka menjadi tontonan gratis para cewek terutama adik kelas yang lewat.
"Gue cuma pengen."
"Oh. Kalo besok ada acara lagi, udah dikasih tau belum sama pihak OSIS?"
Aldevan nampak tertarik, dia menatap Arlan dan menepikan dulu soal kameranya. "Acara apa?"
"Yah, temen gue ketinggalan info."
"Jangan basa-basi, nyet!"
"Iya-iya, besok sekolah kita kedatangan tamu khusus, kepala sekolah dari SMA Nishida, kalo gak salah juga ada pertunjukan eskul gitu."
Kurang mengerti, Aldevan menaikkan alis bingung. Setahunya besok tidak ada acara apa pun kecuali rapat guru-guru yang entah membicarakan apa.
"Huh, loading otak lo lama juga. Jadi maksudnya itu semua kegiatan eskul bakal ditampilin, dari tari, drumband, paskib, padus dan sebagainyalah." Arlan malas memperpanjang. Dia menepuk bahu Aldevan sekali. "Kesibukan sih lo."
"Bukannya besok ada rapat? Lo salah info kali," titah Aldevan.
"Gue yakin kok." Arlan menggangguk yakin, bagaimana bisa ia salah info jika yang memberitahunya adalah cewek cantik, menurutnya.
"Lo dikasih tau siapa emang?"
"Mery."
Aduh, Arlan memang sialan. Mau-maunya dikasih tau sama cewek yang sialan juga. Untung saat itu Aldevan tidak ada, bisa saja dia langsung menabok kepala Arlan saking begonya cowok itu. Tapi begitulah Arlan, mudah tertipu daya muslihat para cabe-cabean.
"Lo ketipu, ogeb."
Arlan melotot kaget. "Masa gue ketipu? Mery serius ngomongnya. Gue jadi pengen diseriusin." Arlan semakin lebay, dia mengguncang tubuhnya sendiri.
"Bodo amat, Lan! Lo emang bego kalo deket cewek, lo nggak tau Mery itu kayak apa?" desis Aldevan, kali ini dia tak habis pikir pada Arlan.
Arlan mengangkat dagunya menantang. "Gue taulah, dia itu cantik, bibir seksi, body goalss lagi."
"Bukan itu maksud gue nyet. Sifatnya itu yang suka nipu," ralat Aldevan. Andai sekarang ada tongkat besi mungkin Aldevan akan mencabutnya dan menodongkannya ke wajah Arlan. Sadis memang.
"Meragukan, entar deh gue tanya lagi sama Mery. Kalo gue bener lo berani taruhan apa?" tantang Arlan, seperti biasa, bagi Arlan kemenangan itu adalah menang dan membayar taruhan. Tidak penting siapa korbannya, yang penting Arlan puas. Haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...