52 | SPECIAL DAY

6.5K 346 4
                                    

Chapter 52: Special Day

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 52: Special Day

Mery membiarkan Aldevan memutar lensa kameranya selama beberapa menit dengan tatapan fokus. Mereka memutuskan duduk di taman kecil, itu pun keputusan Aldevan dan ia tidak berniat menggubris. Mery akhirnya mengikuti saja, mereka mengambil tempat pada salah satu kursi panjang.

Awalnya Aldevan bercerita soal mengapa ia membopong Hana ke UKS, Mery pun manggut-manggut paham saja. Sesekali, ia menanyakan apakah Aldevan menyukai Hana. Dan jawaban Aldevan tidak, dia masih menyukai cewek berkepang di hadapannya sekarang.

"Jadi, bener nggak ada rasa apa pun?" tanya Mery.

"Nggak ada Ry, gue udah jelasin ke elo gue hanya bersimpati. Masa gue tinggalin gitu aja anak orang?"

Mery terkekeh geli. "Hehe iya, pacar gue emang baik deh. Suka menolong."

"Hmm."

Angin berhembus terasa sejuk menerpa kulit, sesekali Mery memeluk lengannya, sesekali pula mengamati Aldevan yang mendadak diam seribu bahasa. Tatapannya kosong ke depan.

"Pacar, kok bengong?" tanya Mery memiringkan kepala.

Hasilnya nihil, Aldevan diam tanpa mengalihkan tatapannya.

Mery mengerucutkan bibir, ia takut Aldevan kesambet jin iprit. Jadilah ia menaikkan nada suara satu oktaf.

"Pacar!! Kok bengong?!"

Aldevan tersentak dari lamunan, seolah ada suara emak-emak yang menusuk telinganya. Refleknya mengelus dada lalu menatap Mery kesal.

"Lo ngomong pelan dikit, gue nggak tuli," ketus Aldevan.

"Ya kamunya sih, tadi dipanggil gak nyahut-nyahut tatapannya juga kosong gitu tadi. Ngelamunin apa? Aku ya?" tebak Mery asal.

Aldevan menggidikan bahunya jijik, merasa kurang nyaman dengan panggilan aku-kamu. Terkesan alay sekaligus berlebihan.

"Bukan lo. Gue lagi ngitung seberapa besar persen jijik gue ke elo," alibi Aldevan.

"Emang kamu jijik sama aku?"

"Jijik Ry. Gue gak suka lo ngomong pake aku-kamu," kata Aldevan. "Gue gak biasa."

"Tapi, kan itu salah satu ungkapan cinta aku, hehe." Mery cengengesan.

Aldevan menaikkan satu alisnya, tak lama senyum kecilnya terbit, ia mengacak gemas rambut cewek itu.

"Terserah lo dah."

"Yeay, coba kamu kayak gitu juga, jadi romantisnya seimbang. Kan, kan?" Mery menaik-naikkan alisnya.

"Nggak!"

"Huh, pacar kurang romantis."

"Berhenti sebut gue gak romantis."

"Emang kenyataannya gitu."

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang