Chapter 36: Kolam Petaka
Kita hidup untuk menatap masa depan, bukan mengenang masa lalu yang akan menimbulkan kenangan menyakitkan.
•••
Langkah lebar Mery membawanya sampai ke depan pintu toilet, sayangnya toilet cewek hanya ada dua, dan keduanya sedang di pakai. Mery menghentakkan kakinya kesal, ia sudah tidak tahan lagi.
"Aduh, yang di dalam lama amat sih, udah nggak tahan nih, ah pengen gue gedor aja ni pintu," kesalnya sendiri.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pintu toilet terbuka, Mery yang sudah kebelet banget menarik cewek itu--yang ternyata Hana, secara paksa.
"Lama amat sih?!" tanya Mery, menatapnya sinis.
"Maaf Ry, gue lagi habis enak penuhin panggilan alam," jawabnya sesopan mungkin.
"Tapi lo harus ingat waktu juga, orang banyak ngantri di luar, ish! Ngeselin!"
Hana mengangguk singkat, sebisa mungkin ia mengontrol emosi sebagai siswi teladan. "Ya udah, cepet gih lo masuk."
Dengusan kecil lolos dari hidung Mery, ditatapnya Hana--cewek itu bereaksi biasa saja, tidak seperti cewek lain yang pasti marah kalau dia ngegas sedikit saja.
"Hati-hati ya, Ry," kata Hana mengulas senyum meremehkan.
"Apanya yang hati-hati, lo kira ada psikopat dalam toilet?" ketus Mery. "Udah sana, ngapain lo masih di sini, mau ngintip gue? Hih, au ah nggak tahan lagi."
Sama, Hana hanya mengangguk singkat. Dan sekarang dengan mata kepalanya sendiri dia mengetahui sikap Mery, ia semakin yakin dan enggan menunda lagi rencananya dengan Hanasa.
Hana pun pergi bersama senyum picik tercetak di bibirnya.
Selepas kepergian Hana, Mery keluar dari toilet dengan wajah berseri.
"Humm ... lega, paling enak dah kalau pipis sambil penuhin panggilan alam." Tanpa ragu dia bergumam, untung saja toilet sepi.
"Lanjut samperin pacar gentong, eh ganteng maksudnya. Haha."
Dirasa sudah Mery hendak beranjak, namun baru selangkah sebuah tangan tiba-tiba menarik rambutnya. Mery mengaduh, "Aduh, siapa sih? Sakit bego." Lagi, belum sempat ia menoleh tangan lainnya cekatan menutup matanya dengan kain. "Ini kenapa mata gue pake ditutup segala, mau ngasih surprise lo?" desis Mery. "Atau ini lo ya pacar ganteng? Nggak romantis banget, seharusnya-ehmm."
Kalimat Mery terhenti, oleh sebuah lakban yang merekat di mulutnya. Kini, matanya tertutup, mulutnya tertutup, kedua tangannya pun terikat tali dengan sangat kencang.
"Em...ehahin hue." (lepasin gue). Mery meronta. Ia mengguncang tubuhnya.
Terdengar tawa meremehkan.
"Diem lo cewek gila! Sekarang ikutin perintah gue, jangan berani kabur, oh ya? Buat apa gue takut, lo sendiri nggak bisa apa-apa. Cepet kita bawa dia!" perintah Hanasa. yang Aldevangguki singkat temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...