15 | PERNAH TIDUR BERSAMA?

11K 504 1
                                    

[VOMENTT YA, ITU SANGAT BERARTI BUAT AKU]

Chapter 15: Pernah Tidur Bersama?

"Gue beneran takut, Aldevan tadi persis banget kayak harimau kelaparan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue beneran takut, Aldevan tadi persis banget kayak harimau kelaparan. Gue sempet bergidik ngeri deh jadinya. Padahal gue cuma becanda. Tuh cowok baperan amat." Itu suara Mery, dia sudah berulang kali menetralkan rasa takutnya pada Aldevan. Salah satunya dengan menceritakan kejaAldevan di kantin tadi pada Raya dan Tasya.

Soal kedua sahabatnya sedang absen hanyalah kebohongan, Mery sengaja melakukan itu agar dia bisa pulang bareng Aldevan.

Tidak ada alasan khusus sebenarnya, Mery hanya ingin mengusili Aldevan. Itu saja. Entah kenapa sikap dingin cowok itu membuatnya semakin gencar menjahili Aldevan.

"Becanda sih becanda, mungkin ucapan lo itu keterlaluan banget kali bagi dia," kata Tasya. Dia mempoles cat kuku berwarna ungu. "Kadang cowok juga nggak suka dibecandain ampe segitunya. Toh, lo juga bisa liat, kan Aldevan itu murid baik-baik?"

Mery menggangguk paham.

"Jadi, dia nggak pernah ngelakuin itu kan sama lo?" tanya Raya. "Kalo pernah, gimana rasanya, Ry?" Raya langsung mendapat jitakan keras dari Mery.

"Ya nggak pernah lah, bego! Walau gue suka nonton drakor terus favoritin adegan gituan. Gue mana berani," jawab Mery. Raya mengangguk paham, meski ia ada sedikit curiga tapi iyain aja. Sorot matanya masih mengisyaratkan keraguan.

Dan kini mereka sedang berada di dekat gudang olahraga. Di sana ada ruang kecil yang nyaman di tempati sekaligus tempatnya juga tersembunyi jauh dari jangkauan lalu lalang guru yang lewat.

"Terus Rendi, lo, kan pernah nidurin dia?"

Mery yang menyisir rambutnya dengan jari seketika terhenti, ia jadi teringat masa lalunya bersama Rendi. Meski cowok itu kini sudah enyah, tetap saja bayangan Rendi menghantuinya. Berkali-kali sudah ia mencoba menjauh dari Rendi, ketakutan semakin dirasa oleh Mery. Karena Rendi bisa saja melakukan apa pun untuk memiliki dirinya.

Mery mendengus, dia menatap kosong ke depan. "Gue khilaf."

"Sama aja lo pernah ngelakuin," cibir Tasya.

Mery melirik Tasya sekilas.

"Itu pun gue cuman main-main. Gue nggak pernah ada rasa cinta atau sayang."

"Lo suka banget permainin hati orang, Ry, enggak bosen apa?" tanya Raya, heran pada teman satu itu. Semuanya serba dipermainkan.

"Kata orang nikmatin hidup lo, gue nikmatin tapi dengan cara mempermainkan. Gue jadi ngerasa masa kecil gue kurang bahagia, haha. Menurut gue itu asik. Hidup lo nggak harus monoton banget, sekali-sekali lah."

"Lo itu bukan sekali-kali, tapi udah ratusan kali!" Tasya menyahut tidak suka, kemudian ia menatap ponselnya.

Mery menyengir, baginya dunianya harus dipenuhi kebebasan tanpa sebuah kekangan.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang