4 | FAKE NERD (2)

17.1K 796 22
                                    

Selamat membaca Metafora versi baru🙆

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 4: Fake Nerd (2)

Selain mengepang rambutnya Mery juga hanya memakaikan sedikit polesan bedak di wajahnya. Jujur, rasa gerah dan panas ketika Mery membiarkan wix yang ia pakai bekas tiga hari lalu harus dipakai ke sekolah pagi ini.

Meski tidak sudi, tapi ia juga harus menjaga imejnya sebagai cewek yang menepati janji. Entah kenapa juga ia tidak mengerti, seperti tanpa sadar ia mengiyakan persyaratan cowok itu.

Setelah bersiap-siap, dengan langkah berat Mery menaiki mobil yang sudah ada pak Ilham--supir pribadinya.

"Jalan, Pak," perintah Mery yang duduk di kursi depan samping pak Ilham dengan malas.

Pak Ilham menatap Mery sumringah. "Wah, Non beda hari ini. Gimana kalo bapak kasih tau sama Tuan?"

Mery menggidikan bahunya, diketahui Papanya saja ia malu apalagi kalo sampai satu sekolah. Mau ditaruh dimana mukanya nanti? Di bak sampah?

"Bodo amat, Pak. Cepetan jalan!"

Pak Ilham hanya tertawa pelan, kemudian mobil mereka menyusuri jalanan pagi yang penuh oleh lalu lalang kendaraan. Dari banyaknya kendaraan itu didominasi anak sekolah atau para guru berseragam PNS yang berangkat kerja. Sebab itu jalanan mulai macet, Mery berdecak, padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi. Ia melirik jam tangannya berkali-kali.

"Gak bisa dicepetin, Pak?" tanya Mery mendesak.

"Gak bisa, Non, kita harus patuhi peraturan."

Lampu hijau berganti merah, dengan perlahan pak Ilham memelankan laju mobilnya. Jalanan juga becek akibat hujan gerimis malam tadi. Efeknya sangatlah buruk terutama bagi anak sekolah yang berangkat jalan kaki.

Melihat ke pinggir jalan, ada dua orang anak SD dan satunya SMP. Anak SD itu merengek karena roknya kecipratan lumpur oleh pengendara tidak bertanggung jawab yang lewat.

"Mit amit," gumam Mery setelah melihat kejaAldevan itu. Jangan sampai ia mengalami hal sama.

"Aduh lama banget, Pak. Ini lampu jalan atau lampu tower sih?" rengek Mery, ada sekitar dua menit ia menunggu namun lampu lintas tetap berwarna merah juga.

"Sabar, Non, biasanya kan juga lama gini."

Mery mendengus, dilihatnya lagi beberapa kendaraan yang mengelilingi mobilnya, dari pemantauan matanya ia menangkap sosok cowok sialan itu. Cowok yang membuat hidupnya seperti neraka untuk beberapa hari kemudian, atau mungkin selamanya. Mery tidak sudi jika harus menerima itu.

Terpampang jelas dan nyata, jika cowok itu sedang menunggu pergantian lampu lalu lintas. Tepat di samping kanan mobilnya. Dia fokus menatap ke depan. Motor sport berwarna hijau terlihat cool di tumpangan cowok itu. Namun tatapan dingin dan datar seolah menenggelamkan semua kekagumannya. Tergantikan raut ingin muntah dari wajah Mery.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang