56 | JAGA DIA TUHAN

6.6K 350 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejenak aku menghilangkan titik pahit dalam hidupku, menghilangkan beban di pundakku, itu karena kamu. Namun maaf, jika rasa ini tidak bertahan lama, sebab ada hati lain yang menungguku di sana.
•••

Suara decitan mobil tepat berhenti di depan pagar rumah Mery, pemilik mobil tanpa membuang waktu langsung melepas seatbelt yang ia kenakan lalu keluar dari mobil. Diikuti dua cewek di kursi belakang dan satu cowok di sampingnya.

Pemilik mobil itu terperangah beberapa saat, terpaku pada rumah berwarna putih dengan hiasan pernak-pernik yang memanjakan mata. Biar terlihat sederhana, dari luar pemilik mobil itu kagum akan ornamen yang terukir pada sisi pintu.

Jadi, Mery termasuk orang kaya, pikir cowok itu.

"Kalian tunggu, biar gue panggil," ucap cowok itu, yang tidak lain adalah Arlan.

Satu cewek berikat rambut dengan kuku bercat putih protes. "Biar gue aja deh, gue kan sahabatnya. Minggir lo minggir." Cewek itu tak lain adalah Raya. Namun baru tiga langkah, tangan Kevin menahan kerahnya.

"Ribet, biar Arlan aja napa, entar kalo lo yang manggil seluruh kampung pada bangun," cibir Kevin.

"Apaan sih?! Lepasin gak?"

"Ngapa? Diem deh lo."

Raya memutar bola mata sebelum akhirnya berbalik, dengan gerakan cepat ia mencekal tangan Kevin lalu menggigitnya.

"Aww," ringis Kevin yang tidak sempat mengelak. "Lo cewek apa mesin rumput? Gila! Tangan gue dibikin merah kayak habis dijeruji gini."

Raya tertawa puas, sementara Arlan terkekeh melihat kelakuan teman-temannya.

"Mampus," timpal Arlan sambil tertawa.

Tasya tidak peduli dan hanya memutar bola mata jengah lalu mendekati pagar rumah Mery. Dilihatnya pintu yang setengah terbuka, sepertinya tidak sia-sia ia memanggil Mery.

"Mery. Ini kita Ry. Yuhuuuu. Cepetan keluar, Ry."

Tidak ada tanda-tanda kehidupan, namun sekian detik setelahnya seorang cewek berkepang bersama bekal pink keluar dari arah pintu.

"Elo? Pacar gue mana?" tanya Mery mengedar pandang. Mengernyit ketika tidak menemukan Aldevan.

"Aldevan sibuk, Ry," jawab Arlan berdiri samping Tasya. "Ada urusan penting yang gak bisa ditinggalin. Tapi lo tenang aja, gue sama temen-temen jemput lo."

Mery menaikkan satu alis. Baru kali ini dia merasa ada yang aneh. Tumben sekali, banyak orang yang ikut hanya untuk menjemputnya. "Temen-temen?"

"Hem. Ada Raya dan Tasya juga. Kita bawa mobil," kata Arlan, melirik bergantian tiga orang di belakangnya.

"Ah iya, Ry. Sekali-kali lah kita bawa mobil biar kekinian gitu. Lo cepet gih pasang sepatu, entar kita telat," ujar Tasya menambahkan.

"Bener. Lagian tadi kita hampir aja lumutan nungguin Raya dandan setengah jam," tambah Kevin bersedekap.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang