16 | KASIHAN ATAU PERHATIAN?

10.1K 463 4
                                    

Chapter 16: Kasihan Atau Perhatian?

Chapter 16: Kasihan Atau Perhatian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh sial. Setelah ditinggalkan Aldevan rupanya Mery tidak mendapat tebengan. Meski sempat tadi ditawarin Arlan, Mery tetap menggeleng. Dia bersikukuh tidak mau plus ngatain Arlan itu mesum.

Terpaksa Mery pulang jalan kaki, kalau tau begini Mery pasti nebeng Tasya tadi. Mery mendesah, ia menyisir rambutnya dengan jari mencoba menangkan diri dari kesialan hari ini. Matanya sesekali melihat ke arah jalan raya, banyak kendaraan lalu lalang. Hingga menimbulkan asap yang membuatnya terbatuk.

"Uhuk. Gila asapnya banyak banget," ujar Mery, ketika kendaraan bajai melewatinya. Mery terbatuk, ia menutup mulutnya dengan tangan.

"Ini gara-gara tuh cowok sih. Pelit amat, gue, kan cuma numpang naruh pantat di motornya doang. Kesel gue!"

Mery kesal, ia meluapkan emosi menendang batu besar di hadapannya, namun sayangnya salah sasaran, ia justru kehilangan keseimbangan hingga jatuh terjengkang ke belakang.

"Aduh," ringis Mery, pantatnya mendarat manis di aspal. "Sakit banget pantet gue aw, ha Mamaaa gue pengen pulang. Tapi bukan jalan kaki."

Kali ini Mery merengek sambil menangis, ia sengaja membiarkan dirinya terduduk, berharap ada orang yang kasihan dan menolongnya.

Mery mengedar pandang, setelah lima menit ternyata hasilnya nihil, tidak ada yang mau menolong. Malahan ia mendapat cibiran nyelekit dari anak kecil yang lewat.

"Mama liat, ada olang gila duduk di aspal." Anak itu menunjuk Mery, mamanya menjawab. "Hussh. Nggak boleh ngomong gitu."

Mery mengernyit, orang gila? Enak saja.

"Diem lo bocah kerdus!" cibir Mery yang mendapat pelototan tajam dari ibu anak itu.

Setelahnya anak kecil itu berlalu karena lampu berganti hijau. Mery menghela napas lega. Tetapi ia masih kesal tidak ada yang menolongnya.

Pengen jalan tapi kakinya masih sakit, akhirnya Mery memilih duduk sambil memeluk lututnya. Kepalanya terkekuk, ia ngambek entah pada siapa, tak lama kemudian setetes air mata jatuh di pipinya.

"Huwaa gue pengen pulang," rengeknya. "Huwaa tolongin gue siapa kek." Mery semakin mengencangkan tangisnya.

Akan tetapi, mendadak sebuah motor berhenti tepat di sampingnya, Mery menoleh, dia menaikkan alis terkejut. Aldevan?

"Dasar gila. Lo beneran mau jadi gembel duduk disitu? Ck, ck," kekeh Aldevan. Dia enggan turun dari motornya.

Tidak ada respon, Mery malah mengeraskan tangisnya. "Huwaa ... ada setan ganteng. Dia bilang nggak mau tebengin tadi, tapi malah nyamperin. Huwaa .... lo bukan manusia kan, pergi jauh-jauh sana. Lo itu setan jelmaan Aldevan."

Aldevan berdecak, kalau gini dia takut disangka nangisin anak orang atau disangka habis putusan, Aldevan memilih turun dari motornya lalu berlutut satu kaki di hadapan Mery.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang