Chapter 20: Kembalinya Masa Lalu
"Lo ngapain di rumah gue? Cepet keluar!"
Mery menatap Rendi penuh amarah, ketakutan itu berusaha ia tahan meski kini tangannya bergetar. Bagaimana tidak? Kehadiran Rendi benar-benar di luar dugaan.
"Santai dong sayang, gue cuma mau jenguk kekasih gue yang cantik ini." Rendi mendekat, senyum kecutnya terbit, tangannya mengusap turun rambut Mery. "Kaget ya?"
Mery menepis tangan Rendi yang hendak mengusap rambutnya lagi. Kaget? yang pasti itu, tapi Mery tak akan diam saja. "Jangan sentuh gue, nyet! Lo bukan siapa-siapa."
"Jangan sentuh?" Rendi tertawa, matanya yang sipit tinggal segaris saja, dia menepuk bahu Mery. "Salah denger gue nih? Bukannya beberapa bulan lalu malah lo yang minta ditidurin."
"Itu dulu, Ren. Dulu!" Mery mendorong dada Rendi sekuat tenaga. Cowok itu mundur beberapa langkah darinya. "Sekarang gue khilaf, ngerti? Lo gak punya hak apa pun sama gue."
Rendi tertawa lagi, apakah ia tidak salah dengar? Mery yang dulu itu sangatlah mudah diajak bermain, tapi sekarang terlihat berbeda. Rendi bertepuk tangan saking herannya.
"Wah-wah gue nggak nyangka."
Mery memutar bola matanya malas. "Nggak usah ketawa-ketiwi nggak jelas, mending lo keluar sebelum gue panggil satpam komplek."
Senyum Rendi lagi-lagi terbit, ia menatap Mery tanpa takut. Dilihatnya manik Mery yang tersulut amarah itu, sudah jelas Mery meredam takut.
"Silahkan sayang, gimana pun caranya gue nggak akan pergi atau enyah dari sini."
Mery berkacak pinggang, melihat Rendi seenak jidatnya kembali duduk pada sofanya lalu menyesap teh yang entah ia dapatkan darimana. Apa alasan cowok itu kembali Mery pasti tahu, namun yang membuatnya bertanya-bertanya bagaimana Rendi menemukan alamat rumahnya.
Padahal, setelah permainan itu berakhir, dengan segera Mery memutuskan kontak dengan Rendi.
"Rendi!"
"Kenapa? Sini duduk, lo kan sering mijitin bahu gue. Kebetulan gue habis capek kuliah. Badan gue pegel-pegel."
"Nggak-nggak! keluar nggak lo!"
Rendi hanya mengangkat bahu, ia menjilat sisi bibirnya yang tersisa bekas teh. "Semudah itu?"
"Lo jangan main-main sama gue, Ren."
"Lho, kalian sudah kenal?" suara itu datang dari arah pintu bersamaan suara langkah kaki menggema, Rendi dan Mery lantas menoleh. Mereka mendapati Riko--ayah Mery berjalan mendekat. Pria paruhbaya bersetelan kantor itu tersenyum.
Mery mengernyit heran. "Papa?"
"Papa pulang. Papa khawatir sama kamu." Riko mengacak gemas puncak kepala putrinya kemudian menatap Rendi. "Kamu Rendi, sudah kenal putri saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...