12 | GENGSI SELANGIT

12K 545 17
                                    

Chapter 12: Gengsi Selangit 

Saat ini, puluhan pasang mata sedang menatap sinis dua manusia berbeda gen itu, Aldevan menggendong Mery melewati banyaknya kelas terutama kelas sepuluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, puluhan pasang mata sedang menatap sinis dua manusia berbeda gen itu, Aldevan menggendong Mery melewati banyaknya kelas terutama kelas sepuluh. Matanya memandang sinis tiap orang yang melihat mereka. Dari berbagai mimik yang paling sering Aldevan temukan itu adalah tatapan terkejut. Ada beberapa juga yang diam-diam mengeluarkan ponsel lalu memotret mereka.

"Romantis bangett," seru adik kelas yang lewat di samping Aldevan.

"Iya tuh, kayak adegan di novel atau film-film. Jadi pengen juga deh," sahut salah satunya.

"Kak Aldevan mau-maunya sih gendong cewek bengal kayak si Mery itu?"

Setidaknya itulah umpatan yang berhasil menembus telinga Aldevan, kalau saja ini bukan sekolah, dengan senang hati ia akan melempar langsung Mery ke got sampah.

Sementara Mery hanya terdiam, dia memandang Aldevan tanpa kedip, entah kenapa jantungnya memacu lebih cepat dari biasanya. Mery juga kaku, sulit bergerak apalagi harus mengalungkan tangannya di leher Aldevan.

"Kok gue nyium bau-bau fall in love gitu ya, Vin?" komentar Arlan, ternyata cowok itu sedari tadi mengekor bersama Kevin.

"Ha ah. Gue juga nyium bau-bau duit gitu deh. Kayaknya kita bakal ditraktir deh, pajak jadian," sahut Kevin.

Arlan cengengesan, ia mengusap dagu. "Hmm, karena gue anak IPA, sepertinya gue bakal buat gen kloningan baru. Manusia Es sama..." Arlan nampak berpikir.

"Sama beruang kutub aja, Lan. Kan sama-sama dingin," jawab Kevin ikut nyengir.

Telinga Aldevan rasanya semakin panas, ketika menaiki tangga dimana UKS berada dia menoleh ke belakang.

"Berisik lo bedua!"

"Yah, biasa aja kali, Al . Lo baperan amat sih, tuh cewek kagak komentar apa-apa tuh." Arlan mengangkat dagunya sekilas.

Aldevan kemudian melihat wajah Mery, cewek itu malah seperti patung, tidak bergerak sama sekali. Aldevan jadinya serasa membawa mayat.

"Gue jadi penasaran kenapa lo gendong Dia. Sejarah baru nih dalam mata gue," komentar Arlan lagi. Ia menyikut lengan Kevin.

"Bacot!" Aldevan melangkah cepat dari sebelumnya, mendengar ocehan dua sahabatnya itu tidak akan ada habisnya. Arlan dan Kevin memang tidak terlalu lama berteman dengan Aldevan, hanya sekitar satu tahun lalu, saat itu mereka bertiga terkumpul dalam eskul fotografi.

Sesampainya di UKS Aldevan menendang pintu dengan kakinya hingga menimbulkan suara gebrakan nyaring. Mery terpekik kaget, untung saja jantungnya tidak copot. Sepanjang perjalanan tadi jantungnya berdegup kencang.

Saat masuk Aldevan langsung mendapatkan tatapan tajam dari penghuni di dalam. Namun itu tidak berpengaruh bagi Aldevan. Dia bergegas mendekati kasur lalu menghempaskan kasar tubuh Mery.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang