57 | KITA SEPAKAT

7K 335 9
                                    

Chapter 57: Kita Sepakat

Chapter 57: Kita Sepakat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pacar..."

Panggilan bernada terkejut itu kontan mengalihkan fokus seorang cowok yang sedang mengotak-atik kameranya. Aldevan meneguk saliva kasar ketika mendapati Mery berdiri dengan bekal pink di ambang pintu.

"Pacar, kok malah ngadem di sini? Arlan mengatakan kamu ada urusan, terus di sini ngapain? Kamu juga lupa minta aku bawakan kue? Ayo makan dulu," ucap Mery tersenyum, berjalan mendekati Aldevan.

Aldevan menaruh kameranya, dia bersuara sebelum Mery hampir mendekatinya. "STOP!"

Langkah Mery terhenti, apa? Stop? Apa Mery salah dengar? Dia mengerjap menatap Aldevan. "Kenapa? Penampilan aku salah?"

Aldevan tersenyum kecut, namun matanya menyiratkan keterpaksaan. "Siapa yang izinin lo masuk?"

Mery terperangah. "Lho, kamu kan pacar aku, terserah lah. Lagian biasanya kamu izinin aja tuh tanpa aku minta dulu. Pacar becanda ya, ish gemes. Entar aja deh, makan dulu. Entar laper terus diarean. Kalo-"

"Gue serius," potong Aldevan cepat.

Mery terperanjat, kali ini lidah Mery tercekat, kelu berucap apa pun sesaat mendengar kalimat Aldevan. Ia heran, apa kesalahannya? Perasaan semalam cowok itu baik-baik saja padanya.

Emang kesalahan gue apa? Batinnya.

"Kali ini gue gak izinin lo masuk. Ngerti?" tegas Aldevan.

"Ke-kenapa?" Dada Mery bergemuruh, seolah ada gelembung-gelembung amarah di sana. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Lo nuntut gue mengulang kalimat sebelumnya. Oke, gue. Gak. Izinin. Sekarang ngerti?" Aldevan menekankan kalimat terakhirnya.

Mery meremas bekalnya. Gugup. "Ke-kenapa kamu gak izinin pacar? Aku ... em sepatu udah dilepas, penampilan masih sama kayak kemarin, bekal juga udah aku bawain. Kue coklat, gak terlalu manis, karena kamu katanya pengen makan sambil liat muka aku. Biar tambah manis." Mery masih berusaha sabar.

Aldevan membuang muka, dia tidak mungkin memberitahu apa gerangan yang terjadi di luar sana. Kemungkinan besar Mery akan meminta penjelasan lebih dalam.

Lalu soal hubungan mereka, Aldevan akan mengambil jalan dimana tidak ada kata yang memisahkan mereka. Tetap bersama, namun ada jarak yang harus mereka jaga.

So, kalian pasti tau nantinya.

"Lo nanya seribu kali lagi pun. Jawaban gue tetap sama. Jadi sekarang keluar! Gue males liat muka lo."

Jleb. Mery ingat, Aldevan pernah mengatakan itu saat tidak ada rasa antara mereka. Lalu, apakah rasa itu kembali? Haruskah? Mery tidak mengerti apa yang terjadi.

Setetes air mata Mery jatuh, sementara satu sudut matanya menggenang. Ia bersuara serak. "Tapi aku bawa bekal buat kamu. Ini-"

"Gue gak napsu."

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang