3 | FAKE NERD

17.8K 868 33
                                    

Selamat membaca cerita Metafora versi baru🙆

Chapter 3: The Bad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3: The Bad

"Lo?"

Mery membulatkan matanya beberapa saat, dia menatap Aldevan penuh pertanyaan sekaligus agak malu di hadapan cowok itu. Coba pikir bagaimana imejnya nanti kalo ketahuan disangka nyuri padahal tidak? Terlebih lagi, penyamarannya jadi cewek cupu kemungkinan terbongkar karena cowok itu.

Sementara Aldevan nampak memutar bola matanya bosan, dia enggan peduli sama tatapan beberapa orang atau tatapan heran Mery padanya. Dasar cewek gesrek emang.

"Ini kembaliannya, Dek. Lain kali hati-hati kalo nolong orang, kita gak bisa percaya gitu aja. Itu cuma modus." Si pramuniaga tadi menyindir, melirik Mery dengan ujung matanya. Mery sempat melotot namun pramuniaga itu tidak peduli.

Aldevan malah tertawa mendengarnya, senyum tanpa dosa menampilkan gigi-gigi putihnya yang berjejer rapi.

"Bisa aja, Mbak. Maling emang nggak ada yang mau ngaku," sindir Aldevan lagi.

Mery menghentakan kakinya kesal. Ditatapnya Aldevan penuh amarah.

"Enak aja, gue bisa buktiin gue bukan maling! Lo bisa gue masukkin ke penjara atas tuduhan pencemaran nama baik, gue bisa ganti rugi minuman bahkan dua kali lipat dari yang gue minum tadi. Atau gue bisa--" Belum selesai ucapannya Aldevan memotong.

"Bikin onar. Dan gue bisa bongkar kedok palsu lo itu."

Pupil Mery membesar, dia terhenyak dan menelan salivanya kasar. Aldevan melewatinya tanpa peduli ucapannya yang panjang lebar. Ditambah lagi cowok itu tersenyum mengejek, Mery semakin greget. Apalagi cowok itu menyentaknya kembali ke realita sebenarnya. Bahwa dia Mery, si cewek yang diskros pagi tadi.

Setelah bertukar tatapan horor dengan pramuniaga tadi Mery akhirnya mengikuti kemana Aldevan berjalan, sebelum benar-benar hilang dari pandanganya Mery berhasil mendapati Aldevan menuju sekolah. Dia menahan lengan cowok itu.

"Lepas!" Aldevan menepis tangan Mery kasar. "Lo yang maunya apa? Ditolongin bukannya terima kasih malah nyolot. Dasar nggak tau diuntung!"

Mery berkacak pinggang. Dia menunjuk wajah Aldevan. "Gue gak minta ditolongin sama lo, lo yang sok baik terus ngata-ngatain gue maling lagi!"

Aldevan menaikkan satu alis menatap Mery, untung sekarang jalanan sepi, tidak ada satu pun murid dari sekolahnya kemungkinan lewat, bisa saja salah paham nanti jika malam-malam berduan sama cewek sialan ini.

"Terus lo mau ditolongin sama siapa? Satpam?" Aldevan tertawa meremehkan, lalu menyentil dahi cewek itu tanpa takut. "Yang ada lo nambah masalah. Gak tau diuntung!" timpal Aldevan.

Mery mengelus dahinya yang sedikit sakit usai disentil Aldevan, cewek berkepang dua itu meringis sedikit. Tapi, ada benarnya juga Aldevan mengatakan itu. Ia harusnya berterima kasih sewajarnya. Namun ditepisnya pikiran itu.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang