Chapter 26: Antara Kamu dan Dia
Mungkin, tangan ini akan enggan melepas sedetik saja, karena kamu milikku yang semua orang tahu.
-Mery Thevania-
•••Selama perjalanan mereka menuju rumah Mery, Aldevan hanya diam tanpa bicara, tangan Mery memeluk perutnya. Sesekali menempelkan wajahnya ke bahu cowok itu.
"Gabut banget. Pengen ngelakuin sesuatu, gelitikin lo aja ya?" tanya Mery tanpa dosa. Dia mendongak sayangnya tidak bisa melihat wajah Aldevan.
"Tolol! Kalo gue kehilangan keseimbangan terus jatoh gimana?" ketus Aldevan. "Lagian kita lagi di jalan, ngerti dikit kek. Bego jangan dipelihara lama-lama," katanya lagi. Mery mengerucutkan bibir. Daripada mendengar ketusan Aldevan, Mery memilih melihat-lihat jalanan.
Pemandangan sore memang begitu indah, langit mulai berwarna jingga dan burung-burung beterbangan di langit cukup membuat Mery terpana. Dia mengangkat telunjuknya berniat menghitung burung-burung itu.
"Satu, dua, tiga, em ... sepuluh. Ada sepuluh burung," kata Mery usai menghitung. Dia mendadak haus, ditepuknya bahu Aldevan sekali. "Gue haus, pengen minum. Ke supermarket deh," ajaknya.
Tanpa menjawab Aldevan membelokkan motornya ke kanan, menuju sebuah supermarket yang berada tak jauh dari pertigaan rumah Mery. Sampai, Aldevan memarkirkan motornya.
"Cepetan beli sono," kata Aldevan, malas. "Gak pake lama."
Mery menggeleng. "Judes amat. Kalo gitu lo harus ikut juga."
"Kan lo yang mau beli minum, kenapa gue harus ikut masuk?"
Mery menyengir. "Kalo lo gak masuk siapa yang bayarin?" akunya.
Aldevan berdecak, dilepasnya helm dan ikut masuk bersama Mery. Cewek itu langsung mengambil botol mineral dari kulkas dan menenggaknya hingga tersisa setengah. Kebiasaan, kulkasnya saja belum ditutup.
"Seger ... lo mau minum?" tanya Mery menyadari Aldevan melihatnya tadi.
"Nggak. Gue mau lo nutup kulkasnya."
Aldevan melirik sekilas kulkasnya, Mery sadar jika kulkas itu ternyata mengundang pelototan gratis dari si kasir.
"Kebiasaan banget, Dek, ceweknya nggak diajarin tata krama apa?" tegur wanita kasir, dia menatap Aldevan sinis. "Lama-lama bisa rusak kulkas saya."
Aldevan merapatkan bibir, melirik sekilas Mery seolah memperingatkan cewek itu. "Maaf Mbak." Aldevan mengeluarkan kartu debit dari dompetnya. Membuat mata Mery membulat, yang dia tahu kartu itu sangat langka dan hanya dimiliki orang berada saja. Bahkan, dia tak pernah melihat ayahnya memegang kartu itu.
"Suwer tekewer-kewer deh, gue baru liat kartu macam itu," kata Mery. Sementara si kasir cengo menatap kartunya.
"Cepet digesek Mbak," tegur Aldevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...