Selamat membaca Metafora versi baru🙆
Chapter 2: Dia?Perjuangan tidak selalu menghasilkan sesuatu yang manis, kadang kita harus rela mengikis angan, membiarkannya hilang dalam balutan kekecewaan.
-Metafora-
•••Arlan berulang kali mencocokkan kemiripan salah satu cewek yang baru saja mereka potret pagi tadi. Ia mengernyit dalam sembari menunduk, dua kamera disejajarkannya. Bahkan wajah Arlan sangat dekat dengan kameranya.Kevin bertanya. "Gimana?"
"Hmm ... mirip banget sih menurut mata gue, tapi gak mungkin, gue gak yakin. Tuh cewek lagi diskors, mana dibolehin nonton pensi." Arlan menggeleng kuat-kuat.
Kevin berdecak beberapa kali. "Gue berani taruhan kalo itu dia. Gimana kita cari aja tuh cewek?"
"Oke, siapa takut. Al, lo ikut nggak?" Arlan menatap Aldevan. Cowok itu masih sibuk merekam pentas paduan suara dari anak kelas X IPS-3.
"Lo aja sana. Gue gak tertarik."
"Yah, lo mah gitu terus, sekali-kali dong buka mata lo lebar-lebar. Liat dunia luar terutama cewek-cewek cantik. Monoton banget hidup lo."
Aldevan melirik tajam sekilas Arlan dengan ujung matanya. "Bullshit lo bedua!"
•••
Mery kini berada di salah satu stand penjual makanan, makanan manis pastinya, cupcake coklat dan berbagai kue kering berbalut coklat tersedia di sana. Stand itu disediakan oleh para anggota OSIS, jadi para murid tidak perlu susah payah pergi keluar lingkungan sekolah cuma untuk beli makanan.
Dengan senangnya, Mery mencomot cupcake coklat yang sudah ia beli.
"Lo mau, Sya?" tawar Mery, Tasya menggeleng. Tangan cewek itu penuh belanjaan makanan lain.
"Gue masih mau nonton acaranya, lo masih mau jajan, Ry?"
Mery mengangguk. "Hooh. Gue mau beli nasi goreng, mie, terus...." Telunjuknya berputar sembari mengedar pandang ke semua stand. "Es-krim, gue mau eskrim!"
"Lo bawa uang berapa sih, Ry?" tanya Raya.
"Tenang aja. Banyak kok. Lo bedua minta ditraktir tinggal ngomong."
Keduanya saling berpandangan, tidak lama mengangguk antusias. Raya kemudian berkata. "Oke, rich people."
"Gue sama Raya mau balik ke kursi, lo gak papa kita tinggalin di sini? Soalnya teater udah mulai tuh, sayang kalo gue lewatin, Kak Aji tampil lagi." Tasya nyegir, Mery berlagak seakan ingin muntah.
"Pantengin aja sono gebetan lo."
Muka Raya langsung sungut.
"Yah sayangnya ka Raqa gak tampil apa-apa. Cuma jadi OSIS, pemantau acara."
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...