35 | KERJA SAMA

8.4K 423 2
                                    

Chapter 35: Kerja Sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 35: Kerja Sama

Ketika aku merasa meraihmu semakin mudah, dan ternyata aku salah, kamu sudah memiliki hati lain yang harus kamu jaga.

•••

Dua bola mata itu membulat sempurna ketika mendapati pemilik suara, Hana buru-buru memalingkan muka dan berusaha setenang mungkin menghadapinya.

"Jangan takut, gue nggak seember yang lo kira. Maaf gue lancang ngedenger omongan lo." Cewek itu mengulas senyum tipis, ia menepuk bahu Hana. "Lo suka Aldevan sejak kapan?"

Hana menahan napas beberapa saat, matanya memicing seolah meragukan cewek berkacamata di hadapannya kini. Jelas, lihat saja dari penampilannya yang cupu.

"Lo siapa? Kelas berapa? Kenapa lo nguping?" cecar Hana takut.

Cewek itu menaikkan alisnya lalu tertawa pelan. "Nanyanya slowan dikit, gue Hanasa. Kelas X IPS-2," jawabnya santai. "Lo sendiri, nama lo Hana, kan?"

Tentu saja Hana terkejut, ia melontarkan tatapan sinis pada cewek bernama Hana itu. "Darimana lo tau, lo juga nggak bisa sopanan dikit sama kakak kelas? Setidaknya lo manggil gue kakak," ujar Hana bersedekap.

"Harus? Gue sendiri merasa sia-sia," ujar Hanasa.

"Maksud lo?"

"Apa gue harus ceritain semuanya dari awal biar lo ngerti?"

Hana menggangguk pelan. "Karena lo sendiri yang datang tiba-tiba terus nguping pembicaraan gue. Gue patut taulah apa urusan lo."

Dengan sepenuh hati Hanasa menganggukan kepala. "Oke, to the point," ucapnya, Hana langsung memasang pendengaran baik-baik. "Gue Hanasa, gue pengen balas dendam sama Mery, gue sering dibully tuh kakak kelas laknat."

Kesiap Hana menutup mulutnya dengan tangan. Ia sangat terkejut mendengar penuturan Hana. Ternyata Mery lebih buruk dari yang ia kira.

"Lo wajar kaget, yang perlu lo tau dendam gue harus terbalaskan, gue udah nggak tahan kena bully terus, gue sampai pernah dikunci di toilet, bekal gue pernah Aldevancurin, sejak saat itu gue memilih balas dendam. Toh, gue nggak tahan terus Aldevanggap lemah, apa lo mau kita kerja sama?" lanjut Hanasa sebelum Hana sempat bersuara.

Memastikan penglihatan, Hana mengerjap beberapa kali. Ia masih sulit mencerna ucapan adik kelasnya ini. Apakah benar Mery sekeji itu?

"Gue nggak salah denger, kan?"

Hana tersenyum samar. "Lo jangan ketipu penampilan gue, kak. Gue emang keliatan cupu dari luar. Tapi apa lo tau gue bahkan bisa sebuas singa, semengerikan macan atau sesadis harimau?"

"Nggak. Terus apa hubungan masalah lo dengan masalah gue?"

Hanasa tersenyum sinis. "Karena tujuan kita sama-sama mau menyingkirkan kak Mery. Kakak akui saja kalau kakak juga menginginkan hal itu."

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang