11 | KAMAR MANDI

11.4K 602 20
                                    

Chapter 11: Kamar Mandi

Cahaya masuk melalui celah kecil di kamar Aldevan, membuatnya terbangun dari tidur padahal lagi enak-enakkan larut dalam alam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya masuk melalui celah kecil di kamar Aldevan, membuatnya terbangun dari tidur padahal lagi enak-enakkan larut dalam alam mimpi. Ia mengucek-ngucek matanya, sebelum kemudian melirik jam weker yang ternyata menunjukkan pukul 6 pagi. Sengaja ia tidak memasang alarm untuk membiasakan diri bangun pagi, walau terkadang itu justru membuatnya telat. Ia bergegas beranjak dari kasur setelah menyambar handuknya yang menggantung.

Karena kamar mandinya melewati ruang makan, matanya tidak sengaja menangkap sosok Anggie sedang menyiapkan sarapan.

"Kamu mau makan dulu?" tanya Anggie, Aldevan menggeleng sopan kemudian masuk ke kamar mandi.

Namun baru saja melangkah kamar mandi Aldevan tersentak kaget melihat Mery sedang menggosok gigi. Aldevan yang saat itu hanya memakai celana boxer membuat Mery melongo.

"Ngapa lo liat-liat?" Aldevan berucap ketus, Mery masih melongo dengan sikat gigi yang menempel di mulutnya. Tubuh atletis dan perut kotak-kotak cowok itu melarutkannya dalam kekaguman.

"Cepet keluar, gue mau mandi!" perintah Aldevan sambil menggantung handuknya, Mery tetap melongo memaksa Aldevan mendorong jidat Mery dengan telunjuk. "Lo gak denger apa? Keluar! gue mau mandi." Ucapnya penuh penekanan.

"Eh. santai aja dong." Lantas Mery tersadar dalam lamunannya, jarang sekali ia melihat nikmat Tuhan sepagi ini. Ia berkumur kemudian mengerjap-ngerjap. Seksi banget yah?

"Kok gue kayak ngeliat roti sobek ya?" gumam Mery.

Aldevan menoyor kepala cewek itu lagi. "Lo ngatain gue?"

Mery melirik sekilas Aldevan. "Geer."

"Ck, lo gak denger perintah gue tadi? gue males ya ribut sama lo pagi-pagi. Buang-buang tenaga gue aja." Aldevan berujar, ia kemudian menarik ujung baju Mery lalu menyeretnya keluar kamar mandi. Mery mendesis, Aldevan menarik bajunya terlalu kuat.

"Ihh... ngeselin banget sih lo, gue yang duluan masuk. Jadi gue yang duluan mandi," kesal Mery, ia kembali melangkah tetapi tangan Aldevan menarik ujung bajunya lagi.

"Ini kamar mandi gue, gue tuan rumah dan lo cuma tamu, lagian lo tadi ngapain aja sih?" tanya Aldevan kesal, Mery mengerucutkan bibir.

"Gue sikat gigi, nyuci muka, bersihin kuku, nyisir rambut--"

"Lama." Aldevan memotong. Ia menyentil jidat Mery. "Lo kira rumah gue salon yang bisa penuhin kebutuhan aneh lo itu?"

"Cewek emang perlu itu, gue juga tamu. Tamu adalah raja, jadi lo harus memperlakukan gue dengan baik." Mery berujar sambil bersedekap, ditatapnya mata Aldevan dengan sinis.

"Dih. Lo kira gue nyewain rumah buat lo? Enak aja, lo itu tamu gak diundang," timpalnya.

Mery menghentakkan kakinya kesal. "Tapi lo yang bawa gue ke rumah ini."

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang