46 | BROKEN HOME

6.7K 371 6
                                    

Chapter 46: Broken Home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 46: Broken Home

You are a cure when my heart is hurt.

-Mery Thevania-
•••

Kantin perlahan mulai penuh, setelah bel istirahat kedua berbunyi nyaring. Banyak siswa-siswi mengantri demi membeli jajanan atau sekedar menggosip berita baru di sekolah.

Namun itu tidak untuk tiga orang cewek yang sedang duduk di salah satu kursi panjang, dua cewek di antaranya sibuk memainkan ponsel, tapi satu cewek--berkepang lainnya malah sibuk berkutat dengan buku paket Matematika.

"Yaelah, Ry. Kena angin apa lo mendadak rajin gitu?" tanya Raya. Dengan mulut hampir penuh camilan.

"Kesantet Aldevan kali, gue mikirnya gitu, pemandangan langka banget dah, tuh liat Ry. Lo jadi tontonan mereka. Nggak malu apa?" Tasya melirik penghuni kantin yang rata-rata menoleh ke arah mereka, ah tidak! Lebih tepatnya ke arah Mery. Bagaimana tidak? Pemandangan Mery belajar di kantin itu sangatlah langka. Bahkan ada yang sampai mengucek-ngucek matanya.

Mery melirik sekilas keadaan kantin, memang benar, hampir semua mata menatapnya. Namun tidak akan membuatnya gencar berhenti belajar.

"Biasa aja tuh, lo sebagai teman harusnya dukung gue saat ini," kata Mery, menghitung sesuatu di kalkulator ponselnya.

"Yeuw, biasa aja kali. Gue yakin nih bukan karena kena hukuman Pak Yoshi, tapi karena Aldevan, kan?" tebak Raya, sayangnya benar sekali. "Kan kan?"

Mery menggangguk sekali.

Tasya kali ini bersuara. "Eh iya, Ry. Bu Kinan nyariin lo pagi tadi, tumben, gue rasa ada yang mau Bu Kinan omongin sama lo. Mungkin dari perubahan lo ini," katanya, lalu melanjutkan usai menyesap jus jeruk. "Tapi lo gak ada, gue bilangin aja lo lagi di UKS. Sakit."

Mery hanya menggangguk paham, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan. "Hm, gue gak sakit sih."

"Gue juga tau Ry, lo bedua sama Aldevan di UKS. Ngapain aja lo? hayo ngaku," goda Raya. "Atau jangan-jangan ... " Raya memicing, mengintimidasi.

Mery mengangkat satu alis. "Ngapa ayo?"

"Lo cipokan?" jawab Raya penuh penasaran.

"Gak lah," jawab Mery santai. Memutar bola matanya malas. "Tuh cowok mana mau."

"Ya lo coba lah."

Mery kembali diam, mengundang kedua temannya saling menoleh. Saling mengode, saling penasaran dan memutar otak atas perubahan sahabatnya.

"Ya Tuhan! Lo dipelet apasih sama Aldevan, Ry?"

•••

"Silahkan duduk." Suara wanita paruhbaya bercepol tinggi menyambut langkah kaki Mery ketika sampai ambang pintu ruang BK

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang