Chapter 40: Gejolak Hati
Gue yang memulai hubungan, kenapa gue harus takut dipermainkan?
•••Bel pulang berbunyi nyaring, itu tandanya semua murid diperbolehkan pulang. Hana yang sedari tadi duduk tegap memperhatikan dengan seksama pelajaran pak Yoshi kini menghembuskan napas lega.
Ia mengedar pandang, terlihat semua murid sibuk mengemas buku mereka bersiap untuk pulang, raut kebahagiaan nampak dari wajah mereka. Lain halnya dengan Hana, wajahnya justru murung kala menatap satu kursi kosong di sampingnya. Kursi Aldevan. Ya, dia menunggu cowok itu sejak lama.
Kapan sih gue bisa ngomong lagi sama lo? Batin Hana kecewa. Bahunya merosot seketika.
"Na." Panggilan kecil itu membuat Hana menoleh, ia mendapati Arlan berjalan mendekat.
"Mau pulang bareng?" tanya Arlan. Cowok itu menampilkan senyum tipis setelahnya.
Hana menggeleng cepat, entah kenapa, ia kembali menatap kursi Aldevan. "Enggak,Lan, makasih, Gue udah minta jemput papa."
Mengikuti tatapan Hana, Arlan bersuara, ia sedikit heran karena pandangan cewek itu ke arah lain. "Lo nunggu Aldevan?"
"Eng ... enggak kok," elak Hana, ia langsung menatap Arlan. "Gue cuma heran kenapa Aldevan belum balik."
"Mungkin setelah nganter Mery dia langsung pulang, toh bajunya basah, lo liat kan tadi? Tanggung banget kalo lanjutin sekolah, mending main game di rumah," jawab Arlan, lalu tersenyum geli.
Hana hanya ber-oh ria. Lagi pula ia sudah mengetahui sifat Aldevan, bukan tipe cowok yang suka membuang waktu untuk hal tidak berguna. Aldevan lebih sering mengotak-ngatik kamera dan menjelajah alam untuk koleksi fotonya.
Hana pun mengemas bukunya, masih dengan Arlan yang berdiri menunggunya. Sesekali, Arlan melirik Arloji di pergelangan tangannya.
"Kenapa belum pulang?" tanya Hana.
"Gue nunggu lo." Jawaban itu memancing kedua alis Hana naik. "Maksudnya gue nunggu lo selesai rapiin buku, kita keluar bareng," koreksi Arlan cepat. "Cuma bareng sampai depan gerbang, gue nggak maksa lo pulang ikut gue, boleh?"
Hana nampak berpikir, sebelum akhirnya menganggukan kepala. Toh, Arlan orangnya friendly jadi tidak salah kalau harus menuruti permintaan cowok itu kali ini.
"Oke, gue tunggu di depan kelas. Lo ngemas aja dulu." Arlan berdiri dan menunggu di depan kelas dengan tangan terlipat, sementara Hana bergerak cepat memasukkan bukunya.
Ia merasa sedikit tidak nyaman pada Arlan, terutama saat cowok itu menenangkannya di rooftop tadi, memberikannya sedikit pelukan hingga Hana merasa sedikit tenang.
Tapi, ia juga tidak boleh berharap, ketika masa lalunya sudah di depan mata. Ia pasti akan berusaha, mengembalikkan hati Aldevan lagi.
Selesai mengemas, dan memasang hoodie berwarna biru, langkah Hana menuju Arlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...