18 | SALAH SANGKA

9.5K 460 4
                                    

Chapter 18:Salah Sangka

Kasihan dan perhatian merupakan rasa yang bertolak belakang, namun bisa mengakibatkan kesalahpahaman jika disalahartikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasihan dan perhatian merupakan rasa yang bertolak belakang, namun bisa mengakibatkan kesalahpahaman jika disalahartikan.

•••

"Jangan tinggalin gue."

Aldevan lantas menghentikkan langkah, dia menoleh dan melirik sekilas lengan seragamnya yang ditarik oleh Mery. Satu alis Aldevan naik saking bingungnya, entah Mery sedang mimpi atau tidak dia akhirnya memilih kembali duduk di samping kasur cewek itu.

"Ry. Bangun Ry," panggil Aldevan menepuk sebelah pipi Mery.

Kalau saja Mery tidak menarik erat seragamnya, Aldevan pasti sudah pergi dari sini.

Namun hasilnya nihil, Mery tetap menutup rapat matanya dan enggan melepas tangan dari seragam Aldevan.

Aldevan berdecak tidak sabar. "Ry. Aduh nih cewek. Lo itu emang nyusahin. Lepasin baju gue, Ry." Aldevan berujar, mencoba melepaskan tangan Mery dari bajunya.

Mery menggeliat, ia menguap, lalu tanpa sadar tangannya menarik seragam Aldevan hingga wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti.

Sebab itu sekarang Aldevan meneguk salivanya susah payah. Dia bingung berbuat apa, wajah mereka sangat dekat. Sehingga Aldevan dapat merasakan hembusan napas Mery mengenai wajahnya. Mery dalam keadaan berbaring membuat posisi mereka sangat mengkhawatirkan.

Aldevan gugup, ditambah lagi takut ada yang ngeliat.

"Ry." Aldevan kembali menepuk pipi Mery.

Mery bergumam kecil, perlahan ia membuka mata dan tersadar dari tidurnya. Matanya mengerjap-ngerjap.

Sementara Aldevan bingung Mery ini sedang tidur atau pingsan?

Lalu ketika kesadarannya sudah penuh, Mery berteriak kencang ketika mendapati wajah Aldevan sangat dekat lalu segera mendorong dada Aldevan dengan keras hingga cowok itu kehilangan keseimbangan dan jatuh terjengkang ke belakang.

"Lo mau apain gue?!" tanya Mery dengan mata membulat, ia segera duduk menarik diri. Mery ambigu.

Aldevan pusing, kepalanya berdenyut akibat terbentur lantai keramik.

"Gila ya lo. Gue nggak ngapa-ngapain awhh."

"Terus lo ngapain di kamar gue? Ih jangan-jangan lo mau ..." Mery memicing.

Aldevan segera berdiri dan menjitak kepala Mery. Ia tidak mau disamakan dengan para penjahat di luar sana. "Apa?! Ambigu, kan lo."

Mery mengelus kepalanya. "Sakit."

"Sakit lagi kepala gue, Mery. Lo nggak kira-kira ngedorong, baru bangun tidur aja tenaganya udah kayak kuda."

Mery terkekeh. "Ya maaf, gue refleks sih, terus lo ngapain deket-deket gue tadi. Mirip orang hampir nyium gitu," tebak Mery ngasal, mengingat bisikkan Aldevan di kantin waktu itu.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang