7 | DILEMA

13.5K 650 9
                                    

Selamat membaca cerita Metafora versi baru

Chapter 7: Dilema

****

 Aldevan mengusap wajahnya gusar, mungkin antara keberadaan Mery yang tiba-tiba menabrak dirinya hingga dadanya terasa sakit atau taruhan Arlan yang tidak main-main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldevan mengusap wajahnya gusar, mungkin antara keberadaan Mery yang tiba-tiba menabrak dirinya hingga dadanya terasa sakit atau taruhan Arlan yang tidak main-main.

"Rese! Kepala lo itu udah kayak batu, mana ada siang bolong gini hantu?!" celetuk Aldevan mengambil jaketnya yang terjatuh.

Mery mengusap lehernya salah tingkah, dilihatnya wajah Aldevan sambil mengangkat dagu menantang.

"Oke kalo lo nggak percaya. Gue bisa buktiin." Mery meraih tangan Aldevan, tanpa sadar cewek itu menuntunnya hingga beberapa langkah. Tapi ditepis oleh Aldevan.

"Gak usah pegang-pegang!" ketus Aldevan.

Mery mengibaskan tangannya. "Siapa juga yang pegang-pegang tangan lo."

Lah, terus tadi lo ngapain? Pegang tangan setan? Aldevan hampir saja mengeluarkan pertanyaan itu jika tidak menutup mulutnya rapat-rapat.

Arlan dan Kevin saling berpandangan heran, mereka hanya bisa mengikuti dua orang di depannya menuju taman belakang sekolah. Terpaksa Kevin tahan diri dulu soal nyeburin Mery ke empang.

Ternyata tempat yang berhantu menurut Mery itu tidak lain adalah taman belakang sekolahnya.

Sampai di sana, Aldevan mendengus kuat lalu mengedar pandang.

"Mana hantunya?" tanya Aldevan, bodoh juga kalau ia terlalu mempercayai ucapan Mery.

Arlan dan Kevin berada di dua sisi yang berbeda, Arlan menyapu pandang di sisi taman dekat pohon melati sementara Kevin mengusap dagu sambil melihat pohon pisang yang berjejer di depannya.

"Ada di sini..." sahut Mery berbisik, membawa Aldevan mendekati pohon besar yang tadinya ia duduki. "Lo gak liat di atas ada apaan?" pinta Mery takut-takut, menutup wajahnya dengan tangan.

Mendengar itu Arlan dan Kevin mendekat ke arah mereka.

Lantas Aldevan melihat ke atas, ia berdecak beberapa kali sesaat melihat kain putih bergelantung, mirip sekali seperti kuntilanak yang bertengger ditambah lagi batok kelapa berwarna hitam mengikat atasnya.

"Ini kain bego. Lo liat pake mata atau pake dengkul?" Aldevan menyentil dahi Mery, cewek itu meringis. Sedangkan Arlan dan Kevin tertawa terbahak-bahak.

"Ya pake mata lah."

"Artinya mata lo yang salah, lo gak pake kacamata sih," sahut Kevin menahan tawa.

"Ih!Gue liat pake mata ya pake mata!" kesal Mery menghentakkan kakinya.

"Kain gitu lo katain hantu." Kali ini Arlan yang bicara.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang