31 | SISWI BARU

8.6K 479 10
                                    

[VOMENT YAA. ITU SANGAT BERARTI BUAT AKU]

Chapter 31: Siswi Baru


"Kampret temen gue, lo habis berantem?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kampret temen gue, lo habis berantem?"

"Bukan urusan lo." Aldevan mendekati Arlan dan mengambil alih kardus besar itu tanpa merasa berat sedikitpun. "Gue ada macet di jalan tadi, lo jangan kira gue telat bangun."

Arlan maupun Kevin sama-sama melongo, melihat satu temannya itu mengangkat kardus yang sebelas dua belas dengan berat badan Arlan. Tatapannya, dari sorot cowok itu Kevin telah menyimpulkan sesuatu.

"Buset dah, yakin gua lo habis berantem. Setidaknya lo ngomong kalo ada masalah, siapa tahu kita bisa bantu," saran Kevin, lalu melirik sekilas Mery.

"Bantuin kaki gue dulu ogeb, seenak jidat lo timpukin tuh kardus ke kaki gue. Sialan!" Arlan mendekat dan menjitak kepala Kevin keras membuat cowok itu meringis sesaat.

"Iya nyet iya, entar kita ke UGD."

"Kampret!"

Kevin menatap Mery, sementara Aldevan berjalan sambil membawa kardus besar tadi ke back stage, banyak pertanyaan yang ia bendung di otaknya, salah satunya adalah ini.

"Emang kenapa Aldevan bisa berdarah gitu, Ry. Lo nggak sleding dia kan?" tanya Kevin ngawur. Secepat kilat Arlan menjitak kepalanya lagi, kali ini pelan saja.

Mery menggeleng, dia malas menceritakan hal ini terutama pada teman-teman Aldevan.

Melihat keraguan dari mata Mery, Arlan mengusap dagunya. "Meragukan banget muka lo, nggak usah takut, kita bukan cabe-cabean yang mulutnya ember. Kita sahabat pacar lo sendiri, jadi kita perlu tau."

Mery menggeleng lagi, berniat membuka suara namun suara lain cepat memotong.

"Bukan cuma tau arti sahabat, lo bedua juga harus tau privasi." Aldevan mendekat dan berdiri samping Mery. Ia menatap kedua sahabatnya dingin.

"Lo malu?" tanya Kevin pada Aldevan. Sementara Arlan menyaksikan dalam diam perbincangan yang semakin serius ini.

Aldevan bersedekap, ia mengangkat dagu menantang. "Lalu apa untungnya kalo lo tau? Ngehasilin duit?"

"Setidaknya nggak ada yang disembunyiin Al ," kata Kevin. "Dari muka lo gue simpulin lo habis berantem, apa susahnya ngaku, ini lo atau bukan? Beda banget sama Aldevan yang gue kenal. Dengan emosi semua nggak akan selesai."

Arlan menggangguki ucapan Kevin barusan, benernya, Arlan juga menyetujui jika Aldevan di hadapannya ini sangatlah berbeda. "Gue setuju, because we bestfriend. Masalah lo masalah kita juga," kata Arlan menengahi. "Oke, kalo lo nggak mau cerita masalah lo, setidaknya lo kasih tau kenapa tuh bibir bisa lebam terus berdarah."

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang