6 | JANJI VS TARUHAN

14.3K 669 28
                                    

Selamat Membaca Metafora versi baru.

Chapter 6: Janji VS Taruhan

Chapter 6: Janji VS Taruhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang keputusan yang diambil dengan hati, sangat bertolak belakang dengan pemikiran otak.
-Metafora-

***

"Kak Aldevan." Suara imut itu entah datang darimana, Aldevan menoleh, alisnya bertaut, Mery celengak-celenguk mencari pemilik suara.

Tapi, Aldevan mengenali suara itu.

Dan benar saja, ketika matanya memandang sisi tiang basket...

Sarah berdiri di sana sambil menyunggikan senyum pepsodent. Tampak kegirangan apalagi saat bertukar pandang dengan Aldevan. Namun sesaat melihat sosok Mery, senyumnya langsung pudar.

"Kakak ngapain di sini?" tanya Sarah polosnya. Menatap Aldevan lalu menatap Mery sinis. "Ini siapanya kakak?" tunjuk Sarah pada Mery. Mery bersedekap, dia memutar bola mata malas. Siapa lagi coba cewek ini?

"Bukan urusan lo," ketus Aldevan. Nada bicara yang sama saat ia menjawab siapapun, kecuali pada orang lebih tua Aldevan lebih sedikit beretika.

Mery mendengus, sepertinya Aldevan juga tidak suka kehadiran cewek ini. "Dengerin tuh bukan urusan lo, makanya cepetan pergi, lo itu ganggu!"

"Lo yang harusnya pergi, dari tadi gue liat Kak Aldevan risih sama kehadiran lo," titah Sarah entengnya. Sepertinya dia benar tidak tahu kalau kedudukan Mery itu lebih tinggi, kakak kelasnya.

Mery melotot tajam usai melirik lambang kelas Sarah, dicekalnya tangan Sarah hingga cewek itu meringis, Aldevan hanya melirik sekilas. Biasa, cowok itu selalu antipati.

"Apa lo bilang, gue? Lo gak sadar gue ini kakak kelas? Berani banget ya lo?!" Kalimat Mery sedikit menajam.

Awalnya Sarah biasa saja, tapi cekalan Mery menguat membuatnya mengambil kesempatan menarik perhatian Aldevan.

"Aduh sakit, Kak, maaf aku gak tau, rambut aku jangan dijambak gini," alibi Sarah, Aldevan langsung menegap. Mery melepas cekalannya dari lengan Sarah setelah melotot. Bisa-bisanya adik kelasnya ini kurang ajar.

"Lo gak bisa lembut sedikit nanggapin adik kelas?" ujar Aldevan, menatap Mery menuduh. Sementara Sarah sudah berlindung di balik bahu Aldevan.

Mery melirik Sarah penuh kekesalan, kalau ini film animasi mungkin saja telinga Mery mengeluarkan asap seperti kereta api.

"Pake akting segala. Gue gak jambak dia, lo ya bisa-bisanya nyari perhatian kakak kelas."

Sarah mencebik. "Yee Kakak aja yang mendadak jadi orang ketiga."

Orang ketiga? Memang apa hubungan Aldevan dengan cewek itu?

Kedua alis Mery bertaut. "Emang apa hubungan lo?"

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang