Chapter 33: Fakta Buruk
Kamu memang bukan siapa-siapa, hanya pemilik hatiku yang pernah tersayat luka, hingga aku mau, kamulah yang menutup luka itu.
•••
Pertunjukkan eskul berlangsung sekitar lima menit lagi, setelah kepala sekolah SMA Nishida memberikan sambutan langsung di atas panggung dengan pidato panjangnya. Semua siswa juga telah hadir demi menonton, mereka mengambil tempat pada setiap koridor depan kelas mereka. Ada juga yang memilih menonton dari atas rooftop karena koridor bawah sudah penuh hingga beberapa siswa sempat berdesakan.
Dian, cowok itu tengah berdiri di sisi lapangan demi mengambil gambar setiap pertunjukkan. Hal yang biasa ia lakukan jika ada event-event seperti sekarang.
Sementara Arlan dan Kevin berada pada dua sisi yang berbeda, Arlan sibuk berbincang dengan Hana yang berada di rooftop dan Kevin pada sisi kiri lapangan.
Kevin berdecak tidak sabar, dia mendongak dan melambaikan tangan pada Arlan. "WOY! ARLAN, TURUN NYET. BENTAR LAGI MULAI."
Dari kejauhan, Arlan nyengir. Di sebelah cowok itu ada Hana. "Bentaran doang! Lu mah, ngiri!"
Aldevan yang menyadari hal itu hanya membuang muka, ia tidak mau jika sampai bertukar pandang dengan Hana. Tapi mengapa? Mengapa Hana harus satu kelas dengannya? Ini tidak adil, apakah takdir ingin menyatukan mereka kembali?
Dan acara selanjutnya adalah pertunjukkan tari, semua siswa diharap tenang karena MC memberikan pengarahan langsung.
Aldevan stand by pada kameranya begitu juga Kevin, Arlan buru-buru lari menuruni tangga lalu menghampiri Kevin dengan tergopoh-gopoh.
"Rasain lo, Ndut, dibilangin tetep di sini lo malah ke atas," kekeh Kevin. "Lupa dunia emang lo kalo ketemu cewek cantik," lanjutnya.
Arlan tertawa pelan. "Adem bat dah liat mukanya, kasian tuh sendiri terus, belum dapet temen cewek lagi."
"Ya wajarlah, kan anak baru. Bentar lagi juga dapat temen. Lo mah modus nggak usah sembunyi-sembunyi," cibir Kevin.
Enggan menanggapi, Arlan justru menghampiri Aldevan.
"Kamera gue sama lo bos?" tanya Arlan. Aldevan mengangguk.
"Nih, lain kali kalo lo nggak niat ngecapt acara nggak usah turun. Gue bisa minta ketua eskul ngeluarin lo dari eskul fotografi," desis Aldevan seraya memberikan kameranya. Nada itu terdengar mengancam.
"Ya maaf, gue ngobrol bentar sama Hana doang. Siswi baru di kelas kita itu, cantik lagi, sebelas dua belas sama Mery, gue yakin dia pintar. Dari penampilannya sih teladan banget, sayang kalo disia-sian."
Aldevan mendelik, gesturnya menandakan jika ia tidak suka Mery dibandingkan dengan Hana. Toh, dia tahu jika cantik itu relatif, Hana cantik, ia mengakui. Tapi Hana sama sekali tidak mengerti soal loyalitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] "Pertama, lo harus jadi cupu selama yang gue mau!" Apa jadinya jika seorang badgirl, tukang rusuh dan pembuat onar di SMA Bakti Buana mendadak mengubah cupu penampilannya? Ya, Mery Thevania harus merasakan itu saat pertama kali bert...