47 | I LOVE YOU TOO

6.9K 383 11
                                    

Chapter 47: I LOVE YOU TOO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 47: I LOVE YOU TOO

Changed because being loved is normal, but changing for the sake of love is just extraordinary.
•••

Taman kecil belakang sekolah menjadi pilihan Aldevan untuk mengajarkan Mery materi matematika. Jujur, ia sendiri tidak begitu ahli jika menyangkut hitungan.

Adanya hembusan angin menerpa sesekali membuat mereka nyaman, apalagi hanya berdua saja.

"Ih, ini susah banget, pake rumus apa coba? Gue nggak paham, au ah belajarnya besok aja lagi." Mery mulai merengek setelah membaca satu soal, lantas membuat kepalanya pusing seketik.

Aldevan mendengus geli, dia mengambil satu pulpen dari tangan Mery. "Ini mudah kok, lo baca dulu materinya, jangan langsung ke soal," kata Aldevan, membalik halaman buku paketnya. Menunjuk penjelasan materi di sana. "Materinya mudah, soal tentang barisan dan deret. Gue yakin lo bisa, baca pelan-pelan."

"Susah tauu! Lebih susah dari dapetin itu dari lo," kata Mery menunjuk bibir Aldevan. Cowok itu memutar bola mata.

"Susah lagi kalo lo gak usaha pahamin, ini mudah, Ry, anak kelas sepuluh aja pasti bisa. Masa lo gak? Baca lagi, jangan rengek-rengek kayak anak kecil, lo kira gue bakal kasihan liat muka lo?"

Bibir Mery manyun, dia dengan malas meraih buku itu dari hadapan Aldevan. Membacanya dengan seksama sesekali mengganggukan kepala seolah paham. "Em ... ohhh, jadi ini dihitung dulu baru dapet ini."

"Sekarang ngerti?" tanya Aldevan, menebak karena Mery berohria panjang.

Mery nyengir, dia tersenyum geli. "Enggak, kayaknya gue emang nggak berjodoh sama matematika," ucapnya. "Tapi sama lo," lanjutnya, lalu meledakkan tawa.

Aldevan geleng-geleng kepala, nyaris saja sentilannya mendarati dahi cewek itu. "Nggak lucu, Ry. Gue serius."

Mery menepuk pundak Aldevan sambil tertawa. "Haha, iya pacar. Iya. Gue juga serius, gue cuman mau jadi jodoh lo, yang ganteng, yang unyu-unyu ini."

"Tapi gue gak mau punya jodoh cewek bego kayak lo, entar nyusahin," cibir Aldevan, Mery langsung menabok lengan cowok itu.

"Gak romantis," umpat Mery.

"Sekolah buat belajar, bukan romantis-romantisan."

Kesal, ingin sekali Mery menggigit bibir cowok itu agar tidak ada lagi jawaban yang membuatnya bungkam.

Mery membuang muka, dia ngambek. "Untung ganteng, untung pacar gue, kalo gak?! Gue lempar langsung ke api unggun."

"Bodo amat. Cepetan belajar lagi."

Mery berdecak. "Baca mulu, lo jelasin dong, emang gue akan ngerti gitu aja. Buku penuh angka gini, gue pernah denger kalo belajar yang baik itu adalah memahami bukan mengingat," tutur Mery mendadak bijak.

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang