Chapter 9

8.8K 382 19
                                    

Daniel terdiam di depan westafel kamar mandi. Pikirannya teringat kejadian di parkiran tadi. Sungguh ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika mobil sialan itu sampai menyentuh badan istrinya.

Tangan Daniel kemudian perlahan bergerak memegangi bagian perutnya yang luka. Sebenarnya tadi Daniel baru saja mengganti perbannya sendiri. Karna tadi ia menarik Sejeong hingga membentur badannya cukup keras, lukanya jadi terasa sakit lagi. Tapi Daniel memilih menyembunyikannya dari Sejeong karna tidak mau menambah kecemasan istrinya.

Daniel melihat bayangan dirinya di cermin. Tangannya kembali terkepal kuat. Orang itu.. tidak akan pernah ia biarkan menyentuh istrinya secuil pun!




"Udah?" tanya Sejeong melihat Daniel yang kini sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang nampak basah.

Daniel tadi memang bilangnya mau keramas. Cuma keramas karna belum dibolehin mandi sama Sejeong. Walaupun gak mandi dari kemarin, suaminya itu tetap wangi aja. Heran.

Daniel mengangguk sambil tersenyum, terus dengan semangat menghampiri istrinya yang tadi sedang menata tempat tidur.

"Sini, sini, aku bantu keringin rambutnya," Sejeong mengambil alih handuk yang tadi tergantung di pundak Daniel.

"Kamu nunduk dikit, aku gak nyampe"

Daniel menurut. Ia sedikit menunduk, namun detik berikutnya Daniel malah menjatuhkan kepalanya di bahu Sejeong. Daniel tiba-tiba memeluk tubuh Sejeong, membuat istrinya itu sedikit terkejut.

"Hubby?"

Daniel tidak menyahut. Hanya terdengar helaan napas panjang yang singgah di telinga Sejeong. Daniel semakin mengeratkan pelukannya, membenamkan wajahnya di ceruk leher Sejeong sambil memejamkan matanya.

Sejeong pun hanya membiarkan saja. Ia balas memeluk erat tubuh besar Daniel sambil sesekali menepuk punggung suaminya itu. Beberapa hari ini begitu banyak hal terjadi, pastilah itu mengganggu pikiran suaminya. Sebenarnya Sejeong sendiri jauh lebih ketakutan. Tapi ia harus tetap tenang agar tidak membuat Daniel semakin khawatir.

Setelah beberapa saat mereka di posisi itu, akhirnya Daniel mulai berbicara dengan nada pelan.

"Aku sama sekali gak takut sama siapapun yang berusaha ngerebut kamu dari aku, karna aku tau mereka gak akan pernah bisa. Yang aku takutkan kalau Tuhan udah ikut campur. Aku takut gak bisa jagain kamu selamanya"

Sejeong yang mendengar itu buru-buru melepaskan pelukannya dan menatap suaminya dengan sedikit kesal.

"Ngomong apa sih, by? Aku gak suka ah!"

Daniel tersenyum tipis sambil membelai wajah istrinya yang sudah seperti menahan tangis.

"Jangan nangis, Yang. Kalau kamu kaya gini yang nantinya ngasih kekuatan buat aku siapa?" ucap Daniel lembut.

Sejeong malah semakin tidak bisa menahan tangisnya lagi. Perlahan butiran bening itu jatuh dari pelupuk matanya.

Sejeong kemudian mencium bibir Daniel, seolah memberi kekuatan untuk sang suami.

"Aku sayang kamu, hubby. Selamanya aku milik kamu. Aku percaya Tuhan akan selalu jagain hubby. Semuanya bakal baik-baik aja, by"

Daniel mengangguk dan tersenyum kecil, sebelum kembali memeluk Sejeong, memeluk dunianya, memeluk sumber kekuatannya.

*

"Beneran udah kuat ngantor?" tanya Sejeong sambil membantu Daniel memasang coatnya.

"Iya," Daniel ngangguk.

"Nanti kalau sakitnya kerasa lagi langsung pulang aja ya, by. Jangan dipaksain"

"Iya"

"Aku selesai jam 8. Nanti aku susulin ke kantor, kita makan malam bareng"

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang