Daniel sudah duduk di belakang kemudi. Sebelum menjalankan mobilnya, ia melirik ke arah istrinya yang sedang khusu menciumi bunga hadiah darinya tadi.
"Diciumin mulu, emangnya aku kalah wangi?" celetuknya pura-pura merengut.
"Iya," Sejeong memelet kecil lalu terkekeh puas melihat raut Daniel yang makin merengut.
Daniel mendekat pada Sejeong namun dadanya buru-buru di tahan Sejeong dan mata cantik itu melotot gemas padanya.
"Pasang seatbelt-nya dulu, sayang"
Sejeong cengengesan sendiri, sementara tangan Daniel sudah bergerak memasangkan seatbelt untuk Sejeong. Dan di akhir aktivitasnya, masih sempatnya Daniel menyambar bibir mungil istrinya itu. Kali ini berbalik ia yang cengengesan.
"Aku punya hadiah lagi buat kamu," ucap Daniel saat mulai menjalankan mobilnya.
"Apa?" tanya Sejeong dengan mata berbinar.
"Bentar lagi kamu bakal tau"
Setelah itu mobil Daniel meluncur mulus di jalan raya menuju ke satu tempat, diikuti dengan para pengawalnya yang berada tepat di belakang mobilnya.
Mata Sejeong semakin berbinar saat menyadari Daniel akan membawa ke mana. Daniel menanggapinya dengan tersenyum senang sambil tangannya yang bebas meraih dan menciumi punggung tangan Sejeong.
Kurang dari dua jam perjalan akhirnya mereka sampai ke tempat itu. Ya, rumah keluarga Daniel yang dulu.
Sejeong selalu bisa tersenyum lebar ketika berada di sana. Tempat itu membawa ketenangan tersendiri bagi penghuninya, dan tentunya ada banyak kenangan manis antara mereka berdua di rumah itu.
Daniel memeluk tubuh Sejeong dari belakang dan berbisik lembut di telinga istrinya itu.
"Aku ingat kamu pernah bilang sesuatu tentang mimpi kamu kalau anak kita lahir nanti. Bisa aku denger lagi?"
"Uhm, aku ingin kita tinggal di rumah yang sederhana tapi punya halaman yang luas, jadi kita bisa main sama anak kita di halaman tiap sore, jalan-jalan di sekitar rumah sampai capek, atau bersepeda tiap akhir pekan-"
"Mimpi kamu bakal aku wujudin"
Sejeong langsung memutar badan menghadap Daniel. Tangan Daniel bergerak membelai lembut wajah istrinya dengan senyum yang tak ada redupnya.
"Aku udah minta sama ayah buat ngambil alih rumah ini. Setelah kamu lahiran nanti, kita bakal tinggal di sini"
Sejeong seketika memandang Daniel tak percaya, "Bener, by?"
"Hm," angguk Daniel, "Kamu suka?"
Sejeong menangkup wajah Daniel dan menciumnya singkat, "Suka banget, hubby. Makasih ya?"
"Ada yang perlu direhab gak menurut kamu?" tanya Daniel sembari menggandeng tangan Sejeong memasuki rumah.
"Gak perlu lah. Gini aja bagus kok."
Tepat ketika langkah mereka sudah berada di ruang tamu, Sejeong dibuat terkesan lagi melihat satu figura besar terpajang di sana, memamerkan foto pernikahan mereka.
Sejeong beralih memeluk lengan Daniel mesra, "Bisa banget sih bikin aku tambah cinta sama kamu."
Daniel menyengir dengan bangganya mendengar itu, kemudian dengan sedikit menggoda ia berbisik, "Kamu juga selalu paling bisa bikin aku tergila-gila sama kamu hanya dengan denger desahan kamu."
Dan langsung saja setelahnya perut Daniel jadi sasaran cubitan Sejeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
Fanfiction[sequel My Handsome Producer] "Kamu itu seperti es krim, dingin tapi manis" 18+