Chapter 16

6.7K 339 39
                                    

Daniel menghela napasnya beberapa kali sambil menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya.

Pikirannya masih melayang pada pesan yang baru saja diterimanya tadi. Jemarinya bergerak mengetuk-ngetuk meja bertanda ia benar-benar sedang tidak tenang.

Daniel kemudian mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi seseorang.

"Detektif Yoon, bisa kamu lacak satu nomor untukku?"

ººº

Hari ini Sejeong sudah dibolehkan pulang. Walaupun sudah boleh pulang, Sejeong diharuskan untuk tetap rutin mengecek kesehatannya ke rumah sakit. Tadinya Sejeong memang ingin cepat pulang, tapi Daniel masih ingin istrinya di rawat di sana. Tapi setelah bertemu dengan dokter Cha, Daniel malah ngotot membawa istrinya cepat pulang. Dasar.

Setelah sampai di rumah mereka, Sejeong buru-buru membuka tirai jendela kamar mereka dan memanjakan indra penglihatannnya dengan pemandangan kota yang ada di bawah sana sambil tersenyum senang seolah ia tidak melihatnya setelah bertahun-tahun.

Dan senyum Sejeong semakin merekah melihat sebuah kalung tiba-tiba tergantung di depan matanya. Sejeong langsung menoleh pada suaminya.

Daniel memang sempat membeli benda berkilau itu sebelum menjemput istrinya dari rumah sakit. Dan kalung itu sudah ia pesan sebelumnya karna di dalamnya ada sebuah pelacak agar ia bisa tau di mana pun istrinya berada.

Daniel kemudian memakaikan kalung itu di leher Sejeong.

"Cantik," puji Daniel.

"Akunya?"

"Kalungnya"

Sejeong langsung merengut. Daniel terkekeh.

"Tapi yang makenya lebih cantik"

Sejeong terdengar sedikit berdecak sebelum mencium bibir Daniel sekilas.

"Makasih, hubby"

"Satu pesan aku, ke mana pun kamu pergi jangan pernah lepasin kalung ini. Ngerti?"

Sejeong mengangguk saja, "Iya"

Daniel meraih jemari istrinya dan mengusap cincin pernikahan mereka yang terpatri indah di jemari manis Sejeong.

"Mungkin benar apa yang udah terjadi sama kamu, akulah penyebabnya. Tapi aku pengen tunjukin ke siapapun dia, kalau aku pantes dapetin kamu," Daniel berujar pelan, masih sambil menunduk memandangi jemari Sejeong.

Alis Sejeong bertaut, "Kamu ngomong apa sih, by?"

Daniel memandang istrinya sambil tersenyum, lalu mengusak pucuk kepala Sejeong.

"Aku mau masakin kamu sesuatu dulu," ucap Daniel sebelum melangkah meninggalkan Sejeong ke dapur.

ººº

Sejeong sudah mandi dan berganti pakaian. Ia langsung saja menghampiri Daniel yang rupanya masih sibuk di dapur.

Betapa kagetnya ia melihat keadaan dapur yang nampak berantakan akibat ulah suaminya itu. Sok-sokan sih mau masak segala.

Sejeong tertawa kecil lalu segera menghampiri Daniel yang terlihat kerepotan sendiri.

"Mau aku bantu?" tanya Sejeong sambil menahan tawanya.

"Gak. Kamu diem aja. Kamu kan baru pulang, sayang. Aku bisa kok. Bentar lagi juga selesai," sahut Daniel. Dan masih sempat-sempatnya ia mendudukan Sejeong di meja dapur.

Sejeong terus tersenyum memperhatikan suaminya itu sedang memasak. Keren sekaligus menggemaskan, apalagi pakai celemek begitu. Sesekali ia dibuat tertawa ketika Daniel kebingungan harus memasukan bahan apa lagi.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang