"Bukannya ini obat buat penghilang nyeri perut orang habis keguguran?"
Sejeong tidak bisa menutupi keterkejutannya. Mendengar itu seketika saja badan Sejeong rasanya langsung lemas.
Sementara Jihoon tidak tahan ingin mengumpat dokter Cha dalam hati.
Setelah itu Sejeong tidak melanjutkan kegiatannya. Ia pamit pulang lebih dulu dengan mengatakan kalau dia tiba-tiba tidak enak badan.
Selama di perjalanan, Sejeong terus bergelut dengan pikirannya sendiri. Tidak mungkin kan? Dokter Cha pasti salah kan? Ia tidak sedang habis keguguran kan?
Keraguan itu mendorong Sejeong untuk mencari tau tentang obat itu lewat internet. Selama ini ia hanya menuruti saja apa yang dikatakan Daniel untuk meminum obat itu tanpa tau itu obat apa. Ia hanya tau kadang perutnya suka tiba-tiba terasa nyeri karna itulah ia mengonsumsi obat itu.
Dan seketika saja rasanya ada sesuatu yang berontak ingin keluar dari pelupuk matanya setelah ia membaca dengan jelas kegunaan obat itu. Tangannya gemetar hingga ponsel yang dipegangnya jatuh ke lantai mobil.
Begitu sampai di apartemen, Sejeong langsung lari ke kamar dan menangis sejadinya di sana.
Jihoon yang mengikuti Sejeong sampai ke apartemen langsung panik. Segera saja ia menelpon Daniel.
"Hyung.. gimana ini?"
Tak lama Daniel tiba di apartemennya, menghampiri Jihoon yang masih menunggu dengan ketakutan di depan kamar utama. Setelah itu Daniel langsung masuk ke kamarnya dan menemukan Sejeong sedang sesegukan di samping tempat tidur sambil memeluk lututnya.
Daniel buru-buru menghampiri Sejeong, tapi istrinya itu malah mendorong dadanya ketika ia ingin memeluknya.
"Kenapa kamu gak pernah bilang sama aku, Daniel!?" teriak Sejeong.
"Maafin aku, yang. Maafin aku," sahut Daniel merasa bersalah.
"Jadi bener.. aku.. keguguran?" tanya Sejeong terbata dengan air mata yang kembali menggenangi pipinya.
Daniel mengangguk lemah, yang seketika saja mampu membuat Sejeong kembali menangis sejadinya sambil memegangi perutnya. Hati Daniel benar-benar terasa perih melihat istrinya menangis sekeras itu. Langsung saja ia kembali mencoba memeluk Sejeong erat meskipun beberapa kali istrinya itu terus berontak di pelukannya.
Sejeong menangis hampir satu jam hingga sekarang tubuhnya terasa lemah. Wajar saja jika Sejeong merasa sangat terpukul, ia bahkan tidak tau ada janin di rahimnya tapi ia sudah kehilangannya. Dibandingkan Daniel, rasa bersalahnya jauh lebih besar.
Daniel membelai kepala belakang Sejeong untuk menenangkan istrinya itu sambil sesekali mengecupi rambut Sejeong. Sejak tadi ia tak melepaskan Sejeong dari pelukannya dan Daniel juga bisa merasakan tubuh istrinya itu sekarang sudah begitu lemas.
Daniel menunduk, didapatinya Sejeong sudah tertidur. Daniel menghela napas panjang, sebelum pelan-pelan mengangkat tubuh Sejeong dan merebahkannya ke tempat tidur.
Daniel keluar kamar sebentar untuk menyuruh Jihoon pulang, setelah itu kembali ke kamar dan berbaring di samping Sejeong sambil memeluk istrinya itu.
*
Sejeong terbangun ketika hari sudah beranjak malam. Ia menoleh ke samping dan mendapati Daniel sedang tidur menyamping ke arahnya. Suaminya itu bahkan masih mengenakan baju kerjanya.
Perlahan Sejeong menyingkirkan tangan kekar Daniel yang berada di atas perutnya, lalu bersiap ingin beranjak dari atas tempat tidur.
Merasa ada pergerakan, Daniel pun terbangun lalu buru-buru meraih tangan Sejeong, hingga Sejeong kembali terbaring di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
Fanfiction[sequel My Handsome Producer] "Kamu itu seperti es krim, dingin tapi manis" 18+