Ruangan itu nampak tenang. Hanya terdengar dengkuran halus Daniel yang sedang tertidur di samping pembaringan Sejeong.
Perlahan kesadaran Sejeong kembali setelah lebih dari 12 jam. Butuh beberapa menit sampai Sejeong sadar sepenuhnya. Ketika ia ingin menggerakkan tangannya ia baru menyadari ada sesuatu yang menahannya.
Sejeong menoleh dan mendapati Daniel sedang tertidur sambil menggenggam jemarinya. Seketika itu juga butiran bening milik Sejeong jatuh.
Menyadari ada pergerakan, Daniel pun terbangun. Mata pria itu melebar dan langsung saja memeluk Sejeong dengan haru. Suara tangis Sejeong semakin nyaring. Daniel pun tak kuasa menahan air matanya. Ketakutannya lenyap sudah. Sejeong-nya benar-benar sudah kembali kepelukannya.
Daniel melihat manik mata istrinya seraya menghapus air matanya, lalu berucap lembut,
"Aku gak akan pernah biarin siapapun lagi nyakitin kamu, Sayang. Aku janji"
Setelah itu Daniel mencium kening Sejeong cukup lama.
*
Sejeong baru saja diperiksa oleh dokter, bahkan selang oksigennya juga sudah dicabut. Sekarang Daniel mengantar dokter Baek sampai keluar kamar rawat Sejeong. Sementara Sejeong sudah ditemani ibunya dan Seorie di dalam sana.
"Dok, soal keguguran istri saya tolong bantu rahasiain dari istri saya ya, dok? Saya cuma gak mau dia tambah tertekan," pinta Daniel pada dokter Baek.
Dokter Baek mengangguk mengiyakan, lalu menepuk pundak Daniel beberapa kali.
"Yang sabar ya, pak Daniel"
Daniel hanya tersenyum samar.
"Kami sudah melakukan tindakan pembersihan rahim istri pak Daniel pasca keguguran, jadi istrinya pak Daniel mungkin gak akan sadar kalau dia baru saja kehilangan janinnya. Dan istri pak Daniel hanya perlu meminum beberapa obat untuk meredakan nyeri diperutnya"
Daniel manggut-manggut mengerti.
"Terima kasih banyak, dok"
"Tapi, dok, uhm..," Daniel menggaruk tengkuknya sebentar, "Berapa lama sampai istri saya boleh hamil lagi?"
"Mungkin sekitar 1 bulan"
"Maksud dokter, saya belum boleh nyentuh istri saya selama satu bulan kedepan?" Daniel hampir terbebelak mengatakan itu.
Dokter Baek tertawa kecil, "Bukan, Pak Daniel. Maksud saya istri anda bisa saja hamil lagi setelah satu bulan dari sekarang."
Daniel terkekeh malu. Tapi ia benar-benar lega.
"Hanya saja untuk sekarang ini kita fokus dulu untuk kesembuhan trauma yang mungkin dialami istri pak Daniel. Sering-seringlah buat dia tertawa agar dia bisa melupakan kejadian buruk yang menimpanya"
"Iya, dok, saya mengerti"
"Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit dokter Baek kemudian.
"Hyung!" panggil dua suara cempreng yang seketika menghentikan langkah Daniel yang ingin kembali masuk ke ruang rawat istrinya.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Daniel sedikit malas melihat dua makhluk kembar tapi beda yang kini sudah berdiri dihadapannya.
Yup, Park Jihoon dan Park Woojin."Ya mau jenguk nuna lah, hyung."
"Boleh kan?"
"Ya udah. Tapi awas kalau lo pada berisik. Istri gue baru aja siuman, ntar dia pingsan lagi denger bacotan lo bedua"
"Siap, hyung," Woojin melesat lebih dulu masuk ke kamar Sejeong.
Sementara Jihoon ditahan Daniel sebentar untuk memperingatkan pria berpipi gembul itu agar tidak mengungkit soal keguguran Sejeong. Dan Jihoon langsung mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
Fanfiction[sequel My Handsome Producer] "Kamu itu seperti es krim, dingin tapi manis" 18+