Chapter 31

4.6K 299 16
                                    

"Sebenarnya siapa kalian?"

Ke empat pria berbaju hitam-hitam itu seolah tidak terkejut sama sekali Daniel mengetahui penyamaran mereka.

Salah satu dari mereka kemudian mendekat pada Daniel dan tau-tau di tangannya sudah memegang pisau yang diarahkannya ke perut Daniel.

"Jangan melawan, kalau anda tidak ingin pisau ini menancap di perut anda," ancam pria itu sambil berbisik.

Daniel berusaha tetap tenang sambil terus mengeratkan pegangan tangannya pada Sejeong.

"Ikut kami!"

"Aku akan ikut kalian, tapi biarkan istriku pergi"

"Silahkan saja kalau anda ingin pisau ini lebih dulu menusuk perut istri anda"

Mata Daniel seketika terbelalak. Buru-buru dipeluknya istrinya. Melihat pisau yang dari tadi mengancam suaminya membuat Sejeong hanya bisa menutup mulutnya untuk menahan teriakan.

"Jangan takut, sayang. Ada aku"

Setelah itu mau tak mau Daniel menuruti perintah mereka.

Jihoon yang sudah menunggu di parkiran, menatapi bingung pada dua bosnya itu malah pergi bersama empat pengawal. Ia keluar dari mobil, berniat ingin menghampiri sebuah MPV yang tadi dimasuki oleh Daniel dan Sejeong. Sebelum ia kembali dikejutkan dengan pria-pria berbaju hitam lainnya nampak berlarian dan langsung tancap gas meninggal pelataran parkir.

"Hei, nak, kita harus mengejar mereka!" teriak seorang pria berbaju hitam sambil memasuki mobil Jihoon.

Dengan kebingungan yang ada Jihoon kembali masuk ke mobil dan membiarkan pria itu mengemudikan mobil dengan kecepatan yang membuat nyawa Jihoon rasanya hampir melayang.



Mobil-mobil itu terus berkejaran di tengah kota hingga ke jalan yang sepi menuju luar kota. Setelah melihat keadaan, mobil yang membawa Daniel dan Sejeong tadi tiba-tiba berhenti.

"Keluar!" perintah mereka, membuka pintu mobil yang ada di dekat Daniel.

Kembali Daniel cuma bisa mengikuti perintah mereka. Ia bergerak keluar dari mobil, namun ketika Sejeong juga ingin ikut keluar tiba-tiba mereka cepat mengendalikan mobil meninggalkan Daniel di tengah jalan.

"YA BRENGSEK!!" teriak Daniel kalap sekaligus ketakutan. Dikejarnya mobil yang membawa isstrinya itu sekuat tenaga.

Tit Titt.

Terdengar klakson mobil di belakangnya. Daniel menoleh dan langsung masuk ke mobil itu yang tak lain adalah mobil Jihoon.

"Hyung, di mana nuna?" tanya Jihoon ketakutan.

Daniel tidak dapat menjawab lebih tepatnya ia tidak bicara apa-apa lagi sekarang. Pikirannya dipenuhi rasa takut setengah mati akan keselamatan istrinya. Matanya sudah nampak memerah menahan butiran bening yang hendak berontak keluar. Kenapa orang-orang itu malah membawa istrinya? Jika benar mereka adalah rival bisnis ayahnya, bukankah harusnya dirinya menjadi lebih penting untuk mereka?

Daniel mengusap wajahnya kasar, "Arghhh!"

Setelah sadar akan sesuatu, Daniel langsung mengambil ponselnya dan menelpon Sejeong.

Telpon tersambung. Dan seketika hancurlah hati Daniel rasanya mendengar tangisan istrinya di sebrang sana.

"Sayangku jangan nangis," Daniel menenangkan. Padahal air matanya sendiri saja sudah turun tanpa bisa ia kendalikan lagi.

"Hubby.."

"Istriku gak boleh lemah. Kamu harus ingat ada bayi kita juga yang harus kamu jaga. Kalau kamu lemah nanti siapa yang nguatin dia. Kamu harus kuat ya, sayang"

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang