Chapter 22

5.9K 336 10
                                    

Daniel mengusap wajahnya kasar, sebelum tiba-tiba ia teringat sesuatu.

Benar, bukankah ia sekarang sudah bisa melacak keberadaan Sejeong di manapun lewat kalung yang diberikannya waktu itu?

Daniel memeriksa ponselnya yang sudah bisa terhubung dengan alat pelacak di kalung Sejeong, dan detik berikutnya raut kelegaan muncul di wajahnya.

Tanpa pikir panjang Daniel berlari meninggalkan apartemennya menuju keberadaan Sejeong sekarang.

(Beberapa saat sebelumnya)

Mobil yang di kemudikan Jihoon baru saja meninggalkan area parkir gedung apartemen Sejeong, setelah mengantarkan istri bosnya itu dengan selamat sampai di sana.

Sejeong tiba-tiba berhenti dan berbalik menghampiri sebuah mobil yang di dalamnya ada dua orang pengawal suruhan ayahnya Daniel. Sejeong mengetuk kaca mobil itu, setelah itu meminta pada mereka untuk di antarkan ke rumah mertuanya.

Sejeong memang perempuan yang tidak bisa diam. Apalagi setelah mendapat kabar buruk itu, berdiam diri saja hanya akan membuatnya semakin merasa bersalah. Karna itu Sejeong sengaja ingin mengunjungi ayah mertuanya untuk sekedar menghibur dirinya. Mencari teman bicara dari pada hanya sendirian saja menunggu Daniel di apartemen mereka.

ººº

"Papa mertua!" sapa Sejeong ceria, menghampiri ayah mertuanya di meja makan.

Tn. Kang tersenyum melihat menantunya datang mengunjunginya.

"Kamu sendirian aja, Jeong? Daniel mana?" tanya ayah Daniel sambil celingak-celinguk.

"Daniel masih sibuk. Jadi aku ke sini aja," Sejeong cengengesan kecil.

"Papa, apa kabar?" Sejeong mengambil duduk di salah satu kursi, lalu dengan cepat seorang pelayan menghidangkan makanan untuk Sejeong.

"Baik"

"Maaf, ya, udah jarang ngunjungin papa sekarang"

"Iya, gak pa-pa. Papa ngerti kok. Kamu sama Daniel kan sama-sama sibuk"

Setelah itu Sejeong dan ayah Daniel bicara cukup banyak. Sejeong yang punya kebiasaan banyak bicara mau tak mau membuat ayah Daniel juga jadi tak bisa diam.

"Daniel gimana? Dia gak suka main kasar kan sama kamu?" tanya ayah Daniel sedikit hati-hati.

Sejeong hanya tersenyum lalu menggeleng kecil, "Gak kok, Pa"

Mereka kini sudah berada di ruang keluarga. Ruangan itu sangat besar, tapi sayangnya setiap harinya tidak ada sebuah keluarga di sana. Guan Lin sudah meninggalkan rumah itu sejak ia debut, karna harus tinggal di dorm bersama teman satu grupnya. Dan kembalilah Tn. Kang sendirian di rumah besar itu. Sejeong sebenarnya prihatin. Ia ingin mengurus ayah mertuanya dan tak masalah jika harus tinggal di sana, tapi tentu saja ia juga harus mengikuti kemanapun suaminya tinggal.

"Kadang papa khawatir, sikap dingin Daniel itu juga akan berdampak sama kamu. Salah papa juga, dari kecil mendidik dia dengan cara kaya gitu"

"Bukan salah papa. Justru karna dia sangat menyukai papa makanya sikapnya juga mirip kaya papa," canda Sejeong tanpa sungkan.

Tn. Kang terkekeh pelan.

"Jaga kesehatan kamu ya, Jeong. Kamu gak boleh terlalu cape. Nasehatin Daniel juga jangan terlalu memaksakan kerja. Kalau mama-papanya sehat, cucu papa nantinya juga bakalan sehat"

Sejeong tertawa kecil sambil manggut-manggut. Dia benar-benar merasa jauh lebih baik setelah bicara dengan ayah mertuanya. Daniel dan ayahnya memang tak jauh berbeda. Dingin diluar, tapi hangat di dalam.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang