Begitu sampai di Dulles International Airport, Daniel dan Sejeong di sambut oleh seorang pria paru baya yang langsung memberi salam kepada keduanya sambil membungkuk hormat.
"Selamat datang, Mr. Kang, Mrs. Kang," sapa pria itu dalam bahada inggris.
"Halo, Martin. Bagaimana kabarmu?" balas Daniel.
"Saya baik, tuan. Silahkan"
Pria bernama Martin itu kemudian mengajak Daniel dan Sejeong ke mobil bersama dengan Pak Jung juga. Dan sejurus kemudian suami-istri itu di bawa menuju ke salah satu tempat di kota Washington.
Di sepanjang perjalanan, Sejeong tak hentinya bertanya tentang tempat-tempat indah yang mereka lalui, dan Daniel menjawabnya dengan sabar juga menjanjikan akan mengajak Sejeong pergi ke tempat-tempat itu.
Tak lama mobil yang dikemudikan Martin berhenti di sebuah rumah bergaya modern, dengan di kelilingi banyak pepohonan di halamannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hubby, ini rumah siapa?"
Daniel tidak menyahut, sampai ia berdiri di depan pintu rumah itu dan menekan password di handle pintu.
"Ini rumah hubby?"
"Rumah kita," Daniel tersenyum sambil menuntun langkah Sejeong memasuki rumah.
"Jadi hubby bener-bener berniat pengen tinggal di sini selamanya ya?" tanya Sejeong sambil pandangannya tak berhenti mengamati seluruh sudut rumah.
"Tadinya," Daniel mencium tangan Sejeong, "Sebelum kamu merubah pemikiran aku."
Sejeong tersenyum.
"Kalau seandainya waktu itu aku nolak hubby, apa hubby bakalan tinggal di sini selamanya?"
"Mungkin," Daniel mengangkat bahu.
"Nyesel gak ngelepas karir hubby di sini demi aku?"
Daniel menangkup wajah Sejeong lalu mencium bibirnya lembut.
"Gak sama sekali. Karna sejatinya mimpi aku itu ya cuma kamu"
Sejeong berdecak gemas. Meski begitu wajahnya sudah memblushing dengan cantiknya mendengar kata-kata halus yang terucap dari mulut suaminya itu.
"Capek gak?" Daniel beralih mengelus rambut Sejeong.
Sejeong mengangguk, "Kayanya aku kena jet lag, hubby. Aku mau tidur bentar ya?"
"Ya udah. Biar aku tunjukin kamarnya"
Sejurus kemudian Daniel menggendong tubuh Sejeong menuju kamar utama. Sejeong terkikik kecil di gendongan Daniel. Satu tangannya tergoda untuk membuka kancing kemeja Daniel demi bisa melihat dada bidang suaminya itu.