Sejeong sedikit memekik ketika Daniel tiba-tiba mengangkat tubuhnya dan membawanya ke ruang studio.
"Cari makannya nanti aja ya? Percuma, habis ini kamu juga pasti ngerengek minta makan lagi," ucap Daniel sambil menciumi wajah Sejeong.
Kini mereka sudah berada di satu-satunya sofa yang ada di studio itu. Dan Daniel bergerak cepat membuka jasnya sendiri sambil terus menciumi Sejeong.
"Hubby," Sejeong menahan dada Daniel, "Masa di sini lagi."
"Mau pulang?"
Sejeong mengangguki.
"Emang tahan?" goda Daniel.
"Hubby ih!"
Daniel tertawa-tawa setelah itu berpikir sebentar. Daniel kemudian membisikkan sesuatu pada Sejeong setelah terlintas satu ide di benaknya.
"Ih, gak mau!" Sejeong menggeleng sambil menahan tawanya setelah mendengar ide Daniel.
"Ya udah lah, yang, di sini aja ya. Siapa tau anak kita nanti punya bakat jadi compuser kaya papahnya"
Sejeong tertawa saja mendengar itu, kemudian disambutnya juga ketika Daniel mulai melumat bibirnya lagi.
Sebelum sebuah ketukan pintu reflek menghentikan kegiatan mereka.
"Pak Daniel, anda di dalam?"
"Ganggu aja sih, Pak Lee," Daniel mengacak rambutnya frustasi.
"Bentar, yang," Daniel mencium bibir Sejeong sebentar sebelum melangkah membuka pintu studio.
"Ada apa?" tanya Daniel begiti sudah berdiri di ambang pintu.
"Kita harus pergi sekarang, Pak. Rapatnya setengah jam lagi"
Oh iya! Dia lupa kalau harus menghadiri rapat di luar. Daniel mengusap wajahnya kasar.
"Ya udah, Pak Lee duluan aja. Nanti saya nyusul"
Pak Lee mengangguk patuh, setelah itu pergi meninggalkan ruang kerja Daniel.
Daniel berbalik menghadap istrinya dan seketika Daniel ingin tertawa gemas melihat bibir sang istri sudah dalam mode melengkung ke bawah.
"Ya udah, Hubby pergi sana!" usir Sejeong saat Daniel menghampirinya kembali duduk di sofa.
"Maaf ya, yang"
"Hm"
"Peluk dulu sini," Daniel menarik tubuh Sejeong ke pelukannya tapi Sejeong dengan sengaja membatu.
"Gak usah peluk-peluk!"
"Ya udah, aku gak usah pergi deh kalau aku diambekin gini"
"Hubby pergi aja, rapatnya pasti penting kan"
"Lebih penting kan kamu tapinya"
"Tai-"
"Sayangku gak boleh ngumpat loh," Daniel membungkan bibir Sejeong dengan satu ciuman.
Daniel kemudian mengelus perut Sejeong, "Dedek bilangin mamah dong jangan keseringan ngambekin papah. Tapi makasih loh, dek. Dedek ngidamnya bisa banget deh. Papah jadi enak"
Sejeong menahan tawanya hingga mau tak mau bibirnya membentuk sebuah senyuman. Daniel menyengir menggoda istrinya dan langsung saja perutnya jadi sasaran cubitan Sejeong.
"Ya udah, hubby berangkat sana. Ntar kliennya nungguin loh"
"Sama kamu ya?"
"Kok sama aku?"
"Rapatnya di hotel, yang, jadi kita bisa sekalian nyewa kamar," Daniel menaik-turunkan alisnya, bikin Sejeong melotot gemas.
"Emangnya aku keliatan ngebet banget ya?"
"Aku lebih sih kayanya," Daniel cengengesan.
"Kita lanjutin nanti malam aja ya, by. Sekarang kan hubby harus pergi rapat dulu," ucap Sejeong sambil merapikan dasi Daniel.
"Terus sekarang kamu mau pulang?"
"Gak. Aku di sini aja nunggu hubby"
"Sendirian dong?"
"Aku kan bisa main sama Minhyun"
"Heh?" Daniel melotot.
Sejeong tertawa-tawa, sadar dengan kata-kata ambigunya.
"Udah, kamu ikut aku pokoknya. Sekalian kamu mau cari makan juga kan?"
Sejeong akhirnya menurut saja karna memang untuk sekarang ini ia tidak mau jauh-jauh dari Daniel.
Duhh, si dedek bisa banget bikin emaknya sebucin ini!
ººº
Rapat itu diadakan di restoran sebuah hotel. Dihadiri hanya oleh empat orang, masing-masing sebagai pimpinan perusahaan dan sekretarisnya.
Sementara Sejeong menunggu di salah satu meja di restoran itu sambil menyantap menu kepiting kesukaannya. Sesekali ia melirik ke arah meja Daniel. Mendadak rasanya ia jadi tidak selera makan, bukan karna bawaan si dedek, tapi karna bisa sangat jelas dilihatnya sekretaris perempuan dari klien suaminya itu terus melihat suaminya dengan tatapan menggoda. Memang sih sekretaris itu sangat cantik dan masih muda. Badannya juga bagus, terlihat dari kemeja ketat dan rok mini yang dikenakannya.
Sejeong melihat dirinya sendiri yang hanya memakai kaos longgar dan celana jeans. Ia jadi minder sendiri.
Berujung Sejeong hanya memakan makanannya beberapa suap, sampai Daniel selesai dengan rapatnya.
"Yang, kok makannya gak di habisin?" Daniel menghampiri istrinya.
"Gak nafsu," ketus Sejeong.
"Kenapa? Perut kamu gak enak? Mau mual?"
Sejeong cuma menggeleng singkat.
"Mau pulang, hubby!" rengek Sejeong tiba-tiba.
"Loh, kita kan mau-"
"Mau pulang pokoknya!" Sejeong bangkit dari mejanya lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Daniel yang buru-buru mengejarnya.
"Yang!" panggil Daniel sambil meraih tangan istrinya.
"Kenapa sih? Kok jadi ngambek lagi?" Daniel kebingungan sendiri.
Sejeong tidak menyahut. Ia tetap kekeh dengan mode ngambeknya sampai langkah mereka sampai di lift. Untungnya hanya ada mereka berdua di dalam sana.
"Istriku, sayangku, cintaku, belahan jiwaku, kenapa sih? Aku salah apa lagi?" Daniel meraih dagu Sejeong agar Sejeong mau melihatnya.
"Cewek yang tadi cantik ya?"
"Cewek yang mana?"
"Yang di depan kamu tadi"
Daniel tersenyum kecil. Oh itu toh penyebabnya!
"Cantikan istriku"
"Bo-"
Daniel cepat membungkam bibir Sejeong dengan jurus terjitunya.
"Udah, jangan ngomong gitu lagi. Secantik apapun cewek diluar sana, di mataku cuma Sejeongku yang paling cantik, yang paling sexy, yang paling gemesin, yang bikin aku gak mau jauh-jauh dari dia, dan yang jadi satu-satunya wanita yang aku pengen jadi ibu dari anak-anak aku nanti"
Sejeong tidak tahan untuk tidak tersenyum mendengar itu. Tangannya lalu bergerak memeluk Daniel, sementara wajahnya mendongak melihat wajah suaminya.
"Jadi pesan kamarnya?" tanya Sejeong yang bikin Daniel terkekeh gemas.
"Jadilah"
ººº
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband
Fanfiction[sequel My Handsome Producer] "Kamu itu seperti es krim, dingin tapi manis" 18+