Chapter 44

4.3K 259 5
                                    

Pemotretan itu berlangsung cukup lama, padahal Sejeong hanya harus mengenakan 3 pasang pakain saja. Tapi ada satu oknum yang selalu mengatakan kurang puas dengan hasil fotonya, hingga harus dilakukan berpuluh kali. Siapa lagi kalau bukan Lee Taeyong.

Sejeong berdecak kesal. Jujur saja ia sudah sangat lelah. Tapi rasanya jauh lebih melelahkan menghadapi pria yang satu itu. Dari tadi Taeyong terus membujuk sang fotografer untuk membiarkan mereka melakukan skinship seperti bergandengan tangan atau berpelukan. Apa-apaan itu? Beruntung sang fotografer lebih berpihak pada Sejeong, jadi Sejeong bisa menghindarinya.

"Bisa gak kamu lepas dulu cincin di jari manis kamu itu?" delik Taeyong, saat mereka sama-sama sedang beristirahat sebentar.

Mendengar itu Sejeong sudah tidak bisa menyembunyikan kekesalannya lagi pada Taeyong. Ya, pasalnya cincin yang dimaksud Taeyong itu adalah cincin kawinnya.

"Perasaan fotografer aja gak protes tuh!" balas Sejeong sewot.

"Demi profesionalitas, Jeong"

"Sekali lagi kamu nyuruh aku kaya gitu, mending aku mundur aja deh dari pemotretan ini"

"Iya, iya, maaf, Jeong. Jangan marah-marah gitu ah," bujuk Taeyong kemudian, sambil tangannya bergerak ingin mengelus kepala Sejeong tapi Sejeong lebih dulu menghindar.

"Lagian ini pemotretan kapan selesainya sih?" Sejeong meninggalkan Taeyong dengan gondok.

Sementara Taeyong mengukir senyum tipis. Ia senang akhirnya bisa menghabiskan banyak waktu dengan gadis itu lagi.

ººº

Pintu lift baru saja akan tertutup, sebelum Taeyong berhasil melesat masuk ke dalamnya. Tadinya hanya ada Sejeong dan Haebin di sana.

Sejeong mendengus pelan. Kenapa rasanya pria itu tidak berhenti mengusiknya?

"Makasih udah mau kerja sama sama aku, Jeong," ucap Taeyong sambil tersenyum tulus.

"Hm," angguk Sejeong seadanya. Ia sudah terlalu malas marah-marah tidak jelas pada pria itu.

"Uhm.. aku mau ngajakin kamu makan malam, Jeong"

Sejeong langsung menoleh pada Taeyong. Pria itu melanjutkan ucapannya,

"Mau gak?"

"Maaf, aku gak bisa"

"Makan malam aja, Jeong. Kita kan udah lama gak ketemu. Ayolah"

"Kamu kayanya gak berubah ya? Masih aja suka maksa"

"Ada satu lagi yang gak berubah dari aku, Jeong. Perasaan aku ke kamu"

Haebin yang dari tadi cuma diam pun mendadak cengo.

Sementara Sejeong tanpa sadar sudah memutar matanya jenuh. Sebelum dering ponselnya mengalihkan perhatiannya, perhatian mereka bertiga.

"Ya, hubby?" Sejeong mengangkat telponnya.

"Udah selesai, yang?"

"Hm. Baru aja"

"Aku tunggu di bawah ya?"

"Kamu di sini?"

"Iya. Buruan turun. Aku kangen"

Sejeong kemudian menutup telponnya masih sambil tersenyum.

"Kak Haebin pulang sama Jihoon ya? Daniel udah jemput aku soalnya"

"Lagi?" goda Haebin.

Sejeong mengangguk sambil cengengesan.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang