Chapter 49

3.9K 245 12
                                    

Setelah mendapatkan pesan itu, tanpa pikir panjang Sejeong langsung berlari meninggalkan apartemen, menelpon Jihoon sebentar untuk menjemputnya dan mengantarkannya ke suatu tempat.

Mobil yang dikemudikan Jihoon tiba di pelataran parkir sebuah gedung perusahaan. Sejeong kembali berlari memasuki gedung itu, tidak peduli kepalanya yang mulai terasa berputar setelah perjalanan jauh dan bayinya yang seolah memintanya untuk istirahat.

Seorang pria nampak tersenyum puas di belakang meja kerjanya, melihat kedatangan Sejeong.

"Maaf, Pak, saya sudah coba melarangnya," ucap sang sekertaris.

"Tidak apa, Sekertaris Park. Sekarang tinggalkan kami berdua"

Wanita muda dan cantik itu membungkuk kecil sebelum pamit keluar meninggalkan ruangan sang presdir.

Sejeong berjalan cepat ke arah pria itu. Pria itu berdiri dan siap menghadang apa saja yang akan dilakukan Sejeong padanya.

Plak!

Dan benar saja, sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi kiri pria itu.

Pria itu mengukir senyum dan melihat Sejeong dengan lembut.

Sejeong sudah kembali ingin menampar pria itu tapi langsung ditahannya tangan Sejeong itu.

"LO KETERLALUAN, LEE TAEYONG!" teriak Sejeong hingga tanpa sadar matanya berkaca-kaca.

Dan sepertinya hal yang paling dibenci Sejeong setelah ini adalah senyuman manis seorang Lee Taeyong. Bisa-bisanya dia tetap tersenyum seperti ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Sebenernya mau lo apa, hah?"

"Gue mau lo, Jeong. Gue mau lo jadi milik gue lagi"

"Lo udah gila! Buka mata lo, gue udah nikah, Lee Taeyong!"

"Dan gue bakal ngerebut lo dari Daniel." Senyum di wajah Taeyong menghilang berubah dengan tatapan tajam dan serius.

"Dengan cara ini?"

"Iya. Lo punya dua pilihan, Jeong. Balik sama gue dan lo bakal nyelamatin semuanya, atau lo bakal lihat Daniel hancur pelan-pelan"

Butiran bening milik Sejeong akhirnya jatuh juga. Ini seperti yang pernah mereka lakukan dulu. Sejeong akan memohon pada Taeyong untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Sepertinya pria itu memang ditakdirkan seperti itu, membuat Sejeong ketakutan setengah mati dengan caranya.

"Lo adalah orang yang paling ngerti gue, Jeong, dan lo tau kan gue gak pernah main-main ucapan gue"

"Please lepasin dia, Tae.."

"Kalau gitu pilihlah pilihan yang paling tepat, Jeong"

"Jadi ini tujuan lo deketin dia?"

"Hm," jawab Taeyong santai.

"Apa lo juga ngancam dia kaya gini?"

"Gue gak peduli sama dia. Gue pengen liat lo mohon duluan sama gue"

Sejeong menganga, "Dan lo sebut ini cinta? Lo gak lebih dari seorang psikopat, Tae!"

Sejeong memutar langkahnya bersiap meninggalkan ruangan Taeyong. Dan tepat saat Sejeong sudah berdiri di belakang pintu, Taeyong kembali bersuara.

"Dua puluh empat jam, Jeong. Gue kasih lo waktu dua puluh empat jam buat mikirin ini. Lo bisa nyelamatin mereka atau-"

Brak!

Sejeong membanting pintu ruang kerja Taeyong keras. Ia terus berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi, tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang memandangnya penuh tanya.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang