Eps. 22

1.5K 125 0
                                    

"Lo harus jadi pacar gue." ujar Keeno dengan tatapan polosnya seolah nggak serius gitu. Atau emang kalau lagi serius muka Keeno mode polos. Entahlah.

Menyadari dengan maksud perkataan Keeno, Arazka lantas mehentakan sendok yang dipegangnya ke meja.

"Lo gila, ya?!" Arazka emosi. Dia tak habis pikir, bisa-bisanya Keeno mengatakan hal seperti itu yang seharusnya biasa dikatakan pada seorang laki-laki kepada perempuan.

"Gue nggak gila. Gue cuma ngasih syarat aja. Kalo---"

"Gue berangkat sendiri!" sebelum Keeno menyelesaikan bicaranya Arazka sudah memotongnya lalu meninggalkan Keeno pergi. Keeno tidak berusaha mengejar. Dia justru tersenyum yang jika ada yang melihat mungkin akan mengira itu seperti menyeringai. Entah apa yang dipikirkan Keeno saat itu.

Setelah selesai menghabiskan makan dan membayar, Keeno kembali menjalankan motornya ke sekolah. Tapi belum sampai ke sekolah Keeno lihat Arazka yang lagi jalan kaki. Rupanya dia tidak naik gojek ataupun taksi.

Keeno ingin mengampiri. Tapi setelah mengingat kejadian yang barusan ia lakukan di warung makan tadi membuatnya mengurungkan niatnya. Jadilah dia memelankan motornya mengikuti Arazka.

________

"Arazka!" teriak Geri sesaat melihat Arazka yang tengah mengeluarkan tisu dari tasnya untuk menyeka keringatnya.

"Hm?" respon Arazka dengan mata meremnya. Jangan lupa ada cokicoki yang menggantung di mulutnya.

"Gue ada buku baru nih. Mau bacanya nggak?" tawar Geri seraya sambil membetulkan letak kacamata bulatnya.

"Boleh." sahut Arazka sambil menadahkan tangan.

"Tapi lo harus temenin gue dulu di kantin. Gimana?" Arazka mengerutkan dahinya. Ia heran karena tumben banget Geri ngajakin dia ke kantin.

"Ckh. Gue tahu lo pasti mikir gue tumben ngajakin lo, kan? Udah, deh, lo ikut aja." pinta Geri sambil menarik pelan tangan Arazka.

"Eh tunggu. Gue ngoyak cokicoki dulu." ujar Arazka sambil mengambil cokicoki dari saku rok kemudian mengoyak dan memakannya.

Di sisi lain. Keeno yang mengamati hal itu hanya menatap datar sebelum kemudian menuju kelasnya. Tapi ternyata ada Carra yang menunggunya di depan pintu.

"Carra?" sapa Keeno yang lebih kepada keheranan.

"Gue pindah kos sejak tadi malam. Lo nyariin gue ya?" katanya tanpa ditanya.

Keeno hanya tersenyum tawar. Ia berjalan ke tempat duduknya. Ia ingat kalau tadi malam tidak melihat keberadaan Carra. Tadi pagi juga dia nggak lihat Carra ngantri mandi. Pindah katanya? Perasaan baru sebentar tinggalnya. Tapi Keeno nggak peduli.

"Keen. Gue buatin sandwich buat lo." ujarnya lagi sambil ngasihin wadah tuperwere berisi beberapa potongan roti lapis dengan isi di dalamnya.

"Thanks." sahut Keeno sekenanya.

"Keen, gue----"

"Eh. Gue ke wc dulu ya. Kebelet." potong Keeno dengan beranjak dari bangkunya. Sengaja.

Keeno tahu wajah Carra pasti lagi kecewa. Tapi sekali lagi, Keeno nggak peduli.

______

"Lo masih marah sama gue?" tegur Keeno. Saat ini mereka lagi ada di rooftop pas jam pulang sekolah.

"Tergantung. Kalau lo masih nggak waras gue nggak akan pernah bisa maafin lo." sahut Arazka ketus.

"Gue cuman mau buat hari lo berwarna, Raz. Nggak cuman abu-abu seperti yang lo rasain seperti sekarang. Gue---"

"Tahu apa lo tentang hidup gue?! Sehancur-hancurnya hidup gue. Gue nggak akan pernah mau masuk ke 'lubang hitam' yang lo maksud itu." Arazka memilih pergi meninggalkan Keeno yang menatap datar padanya.

"Gue bakal bikin lo suka sama gue!" teriak Keeno memastikan.

"Dasar sinting!"





...

At Heart (Arazka Feat Keeno) | [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang