Sepersekian detik itu sangat cepat. Hampir seperti kilat.
Sesaat bibir mereka sempat terpaut dalam hitungan nol koma nol nol nol per detik, Arazka dan Keeno saling membuang muka ke arah yang berlawanan. Wajah keduanya seperti udang rebus.
Ini salah. Gumam keduanya.
Tapi sudah terlanjur terjadi.
"Sarapan, yuk!" ajak Arazka akhirnya. Sejak kepulangan mereka dari rumah sakit tadi pagi keduanya belum mengisi perut dengan apapun kecuali buah apel yang dibagi dua.
Keduanya beranjak ke dapur tanpa suara. Arazka berjalan lebih dulu untuk memimpin jalan. Rumah Arazka tidak terlalu besar. Tapi sekatnya banyak macam labirin. Dan Keeno baru sadar itu sekarang.
Sesampainya di dapur, Arazka nggak langsung siapin makanan. Ia justru cengengesan sembari menunjukan isi lemari yang cuma sisa sarang laba-laba.
Keeno menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Arazka ini lebih feminim darinya, tapi kenapa gaya hidupnya tidak mencerminkan sisi feminim? Seperti belanja untuk kebutuhan makannya gitu. Atau merapikan sudut rumah yang hampir terlihat berantakan. Ah, lebih tepatnya banyak debu. Arazka tidak seagresif itu sampai membuat berantakan rumahnya. Ia hanya lebih suka mengabiskan waktu dalam ruang baca yang kini disulap jadi kamar Keeno.
Dengan menaiki motor Keeno, keduanya sepakat untuk beli nasi bungkus untuk sarapan. Sarapannya di warung. Nggak dibungkus buat dibawa pulang. Karena habis itu mereka mau belanja ke pasar buat cari bumbu dapur sama apapun yang pantas untuk menghias isi kulkas sama lemari dapur agar laba-laba tidak lagi membuat sarang yang tidak pada tempatnya.
Keeno menggandeng tangan Arazka. Hal itu sontak membuat bibi-bibi dan paman-paman di pasar melihat ke arah mereka berdua. Pasalnya mereka berdua terlihat seperti pasangan kekasih yang ada di drama korea. Apalagi dengan wajah keduanya yang bisa dibilang lebih pantas untuk menjelajah mal ketimbang pasar tradisional yang kalau hujan jalannya bakal becek macam jalanan desa yang belum kesentuh aspal.
Orang-orang mengira mereka adalah pasangan lantaran wajah Keeno yang macho itu tidak membuat seorangpun sadar kalau dia cewek apalagi ditambah dengan rambut Keeno yang dibiarkan tergulung dalam sebuah topi basbol warna hitam polos. Tubuhnya yang tinggi dan tegap serta... dada yang tidak begitu menonjol karena mungkin masih dalam masa pertumbuhan, mengakibatkan Keeno lebih dominan dianggap laki-laki.
Setelah dari pasar mereka kembali ke rumah.
"Kita mau masak apa?" tanya Arazka sesaat setelah selesai menyusun barang belanjaan ke kulkas sama lemari.
"Apa aja asal yang masaknya kamu pasti enak." sahut Keeno sekenanya sebelum akhirnya merutuk teringat dengan rasa kue yang dibuat Arazka beberapa hari yang lalu. Rasanya asin campur dengan rasa yang sulit didefinisikan. Waktu itu Keeno bisa aja bilang enak hanya untuk membesarkan hatinya Arazka lantaran waktu itu Arazka yang mencicipi kue buatannya juga terlihat baik-baik saja. Tapi kalau untuk yang sekarang kayaknya...
"Aku bantuin, ya?" Demi nggak sakit perut, Keeno menambahkan dalam hati.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
At Heart (Arazka Feat Keeno) | [completed]
Novela Juvenil[complete] Aku tidak pernah mengetahui apapun. Entah itu masa depan. Dan detik berikutnya. Yang kutahu. Saat ini. Aku telah jatuh cinta. Pada cinta yang salah. Cinta yang seharusnya tak pernah singgah. Mungkin baik untuk saat ini. Tapi akan hancur p...