03- Mamat Demam

1.4K 68 15
                                    

Siang hari ini terasa sangat panas, sinar terik matahari membuat siapa saja merasa kegerahan. Hari ini Avin sedang berkumpul dengan teman- temannya di kamarnya.

"Ini kamar apa neraka sih? Katanya lo anak holkay, why AC aja kagak ada?" omel Theo pada Avin yang masih sibuk dengan gitarnya.

Theo masih saja mengomel tidak jelas, sembari mengipas- ngipaskan kipas hello kitty milik adeknya Avin. Kemudian, Kalvin yang seperti cacing kebakaran itu merebut dengan ganas kipas hello kitty itu.

"Woi! Hello kitty gue, sini!! Balikin gak!" Theo berusaha merebut kipas itu dari Kalvin.

Kalvin seperti orang yang memenangkan sebuah undian berhadiahkan tiket konser Black Pink saking senangnya.

Kalvin mengangkat kipas hello kitty itu tinggi-tinggi dan menghadapkan pada wajahnya.

"Kittyy, elo pilih orang ganteng kayak gue, apa pilih orang yang buluk rupa, yang keteknya masem cem dia?" tanya Kalvin pada kipas hello kitty, seraya menunjuk- nunjuk Theo yang berusaha merampas kipas itu.

Sementara itu, Brayn yang duduk di pojok kamar hanya menatap geli kedua sahabat gilanya itu.

Lima belas menit berlalu, mereka masih terus saja memperebutkan benda itu, apalagi suara Theo yang seperti knalpot bajaj membuat Avin naik pitam.

Mau tak mau Avin harus mengambil tindakan, ia merampas kipas itu dan mematah - matahkannya menjadi lima bagian yang tidak utuh, lalu ia melemparnya ke lantai dan menginjak kipas itu.

"Mati lo! Mati gak! Gara-gara kipas buruk rupa macem lo temen-temen gue jadi nggak waras gini!"

"Kalau sempat lo jadi Kitty beneran, gue gak bakal segan-segan gelindingin lo ke sungai Terazone!"

"Amazone bego!" Brayn membenarkan.

"Eeh iya, lupa gue."

Theo dan Kalvin bergidik ngeri melihat AKSI PENBUNUHAN yang dilakukan oleh Avin pada kipas itu.

Mereka hanya menatap horor kipas yang tergeletak tak berdaya di atas lantai itu, sambil membayangkan tulang-tulang mereka yang dipatahkan oleh Avin.

"Dari pada lo berdua bengong gak jelas di sini, mending lo beli minuman soda dingin di Supermarket depan gih!" perintah Avin pada Theo dan Kalvin.

Mereka hanya mengangguk mengiyakan dan melenggang pergi. Memang sih, diantara mereka berempat, Kalvin dan Theo yang membuat persahabatan mereka lebih menarik dan berwarna dimata orang yang menyaksikan.

"Heh! Sialan banget sih tuh si Avin, katanya Supermarket cuma di depan, tapi nyatanya lima kilometer lagi ke depan," rutuk Kalvin sambil mengibas-ngibaskan kerah bajunya karena kepanasan.

Sementara itu, Theo sudah terduduk lemas di samping Kalvin.

"Berapa kilo lagi nih coy?" tanya Theo dengan nada lemas.

"Tiga kilo lagi mungkin, udah deket kok."

"Deket kepala lo bapak andeyang."

"Andeyang apaan anjir?"

"Terserah gue dong mau ngomong apa, emang mulut bapak andeyang yang gue pinjem?!"

Kalvin langsung menyeret Theo dengan tak berdosa, dan mereka kembali melanjutkan perjalanan tigakilo ke depan.

"Mat, lo demam? Kok lo panas banget sih?"

"Mamat, Mamat, Mamat siapa lagi woi?" tanya Kalvin bingung, entah pada siapa Theo bicara.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang