35 - Sorry

492 21 0
                                    

Brakk!!

Arlin langsung membuka pintu toiletnya secara paksa dan menampilkan sebuah pisau kecil nan tumpul di hadapan pria yang berumur sekitar tiga tahun di atasnya.

"Kau tau hukuman bagi siapa yang melakukan penghianatan, sayang," ucap Arlin disertai seringaian tajam di wajahnya.

Brakkk!!

Arlin langsung melompat dan menghantam dada laki-laki itu dengan keras hingga menimbulkan suara dentangan keras, dan memanggil seluruh penghuni pesawat pribadi MS-13 itu menuju sumber suara.

Arlin melangkah pelan menuju orang itu dengan pisau tumpul yang ada di tangannya. Ia menyeringai dan menatap pria itu dengan tatapan setajam belati seakan dapat membolongi kepala penghianat kecil kesayangannya ini.

"Penghianat harus mati sayangku," desisnya kejam. Sedangkan orang yang menjadi target Arlin kini telah memandangnya dengan tatapan takut seakan sedang menghadapi malaikat maut.

Crekkk

Arlin berhasil menusukkan pisau tumpulnya pada lengan atas sebelah kiri penghianatnya dan membawa pisau itu ke bawah dengan posisi masih menancap pada kulit pria itu.

Setelah puas bermain di lengan kiri bagian atas  lelakinya, dan mengacak-acak isi lengan itu, Arlin beralih pada lengan kanannya. Namun kali ini ia tidak menggunakan pisau nan tumpul lagi, ia malah menggunakan pisau runcingnya yang berkarat dan kembali mempermainkan lengan kanan pria itu.

"Sayaang. Lenganmu begitu, hahahah" gelak tawa Arlin menggelegar ketika melihat otot bisep pria itu yang telah keluar dari tempatnya.

Darah-darah telah bertebaran di sekitaran Arlin dan targetnya kali ini. Ia begitu menyukai pemandangan yang sudah jarang terjadi akhir-akhir ini, dikarenakan ia sudah jarang memperogoki seseorang yang berkhianat darinya.

"Ululu cintaku kesakitan, maafkan aku telah menjadikanmu pelampiasan kemarahanku sweety," desis Arlin disertai seringaian kejamnya.

Dug!

Seseorang telah memeluknya dari belakang, hal itu membuat Arlin menghentikan pembicaraannya. Tentu saja gadis berdarah Rusia-China-Indo itu terlonjak kaget. Tak menunggu lama, ia langsung mengalihkan pemandangannya pada orang yang sudah menghalangi kesenangannya.

"Jangan lakukan itu, Arlin. Kau akan membunuh seseorang. Jangan melepaskan kemarahanmu pada anggota kita, marahlah padaku, karena aku yang bersalah disini," pinta lelaki itu masih dengan posisi memeluk Arlin dari belakang.

Tak suka dengan aksinya yang dihentikan ditengah jalan, Arlin langsung memberontak hingga lelaki itu melepaskan pelukannya dan memandang Arlin dengan tatapan yang............ entahlah, mungkin terluka.

"Jangan mengganggu aksiku tuan Simpons. Aku akan membunuh penghianat kecil ini atau kau yang akan ku bunuh jika kau berani menghalangiku lagi!" Ucap Arlin memandang Brayn tajam.

"Apa yang kau maksud dengan penghianat, Arlin?" Tanya Brayn bingung.

"Berkerja sama dengan Rihard untuk menghancurkanku, cih dia kira aku selemah apa?!" Bentak Arlin membuat seluruh orang yang ada di sana terhenyak.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang