29 - Terhubung

655 28 0
                                    

Arlin duduk di halaman mansion MS-13 dengan tatapan kosong, pikirannya kacau saat ini, tak ada rasa belas kasihan yang tergambar di wajah, hasrat membunuhnya benar-benar memuncak sekarang.

Ia tak pernah marah seperti ini sebelumnya, bahkan jikapun ia marah, membunuh sesuatu mungkin akan menjadi pelarian terbaik. Tapi lihatlah sekarang, dengan papanya pun ia marah dan sulit untuk mengendalikannya.

Gadis itu segera meraih benda berbentuk kotak pipih dari kantongnya. Ia segera menekan tombol call dari kontak Aslan.

Perlu beberapa detik menunggu hingga Aslan menerima panggilannya. "Apa kau bisa lebih lama dari ini, Aslan?" Tanyanya tajam.

"Maaf nona, aku harus mengurus ayahmu terlebih dahulu," jawab Aslan pelan.

"Apalagi yang diperbuatnya," tanya gadis itu lagi.

"Tidak banyak, ia hanya menatap kami tajam lalu mengacaukan semua barang," jelas Aslan dan dibalas desisan kesal dari orang diseberang sana.

"Bagaimanapun dia tetap papaku, urus dan perlakukan dia sebagaimana kalian memperlakukanku, jangan lupa waktu makannya," ucapnya panjang lebar.

"Baik nona, selamat ma—"

Tutt

—lam. Kebiasaan sekali, hh.." gelaknya.

Sedangkan ditempat lain, Arlin masih menatap pemandangan yang ada didepannya tanpa fokus pada objek apapun.

"Kenapa jadinya kayak gini, sih?! Gue ikut bingung jadinya!" Resah Arlin dengan kesal.

Gadis itu tak bisa tidur kali ini, meskipun hari sudah berganti menunjukkan pukul 01.00 dini hari, tapi beban yang ditanggungnya memaksa gadis itu agar tidak tertidur

"Gue harus gimana coba? Klise banget alasannya buat gue ngebubarin nih organisasi terkutuk ini, kalau bubar kan bisa—"

Drrrtt drrttt

Ponselnya tiba-tiba saja bergetar tanda seseorang tengah meneleponnya. Langsung saja ia mengambil benda itu dan mengangkat panggilan dari seberang.

"Hallo?" Salamnya.

"Hallo sayang, sepertinya kamu tidak mengenaliku!" Kesal wanita paruh baya yang ada diseberang telepon itu.

"Bukan seperti itu ma, astaga. Aku kaget saja kenapa mama tiba-tiba meneleponku, ada apa ma?" Tanyanya lembut.

"Mama merindukanmu. Bagaimana keadaanmu?" Tanya wanita paruh baya itu lagi.

"Hm, aku baik" jawabnya pelan.

"Kamu di California, Arlin?"

"Ya."

"Apa benar? Padahal hari ini mama memasak sop buntut kesukaanmu, tapi kamu tidak disini,"

"Benarkah? Ahh benar-benar keparat, aku sudah sangat lama menginginkan itu!" Geram Arlin sakit hati tentang sop buntut kesukaannya itu.

"Pukul berapa sekarang? Bukankah disana sudah malam? Kenapa kau tidak tidur?" Tanya wanita paruh baya itu bertubi.

"Aku tidak, sekarang masih pukul satu pagi, dan aku sudah terbiasa akan itu," bantah Arlin tak ingin wanita kesayangannya itu khawatir.

"Hm apa ada masalah sayang? Aku merasa ada yang aneh darimu" Tanya mamanya hingga membuat gadis itu menghela napas berat.

"Entahlah, belakangan ini begitu banyak hal yang menimpaku, Dorcas mati. Dia dibunuh oleh Triad dan organ dalamnya diambil, papa juga datang ke sini, dia memintaku untuk membubarkan MS-13." Jelas Arlin seraya menghela napas, lagi.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang