18 - Penasaran

943 47 3
                                    

Setelah kejadian pagi tadi, Arlin menjadi lebih waspada dengan kehadiran Irene, karena ia tak ingin identitas aslinya dibongkar secepat itu oleh Irene, bahkan ia belum sempat bermain-main dengan identitas cupunya.

Saat bel jam istirahat berbunyi, Arlin dan teman-temannya segera bergegas menuju kantin, karena takut tak akan mendapat meja untuk mereka makan. Berlebihan emang, tapi kenyataannya memang seperti itu, sedikit saja mereka terlambat, maka Arlin dan teman-temannya tak akan mendapatkan tempat duduk.

"Dei, Cha, gue kali ini bener-bener takut kalo status cupu gue dibongkar," ucap Arlin khawatir seraya memain-mainkan semangkok bakso yang ada didepannya.

"Lo takut Lin? Kemana Arlin Kayana Albert yang gue kenal? The queen of balapan? Yang berhati dingin? Kejam? Dan seorang ps--" ucapan Deira terpotong karena mulutnya langsung diisi sepotong bakso oleh Ocha.

"Mulut lo gak bisa di kontrol banget sih Dei! Benci gue ah!" ketus Ocha.

"Yaa maaf, kalian kan tau gue gimana, hehe" cengiran polos itu muncul saja di wajah Deira.

"Lo gak usah takut Lin, lo masih punya kita, dan yaa kalo kebongkar lo gak usah capek-capek lagi pake bedak yang warnanya menjijikkan itu," seketika Ocha langsung bergidik ngeri melihat Arlin yang betah-betah saja memakai bedak yang sangat menjijikkan bagi Ocha itu.

"HALOO TIGA CWEWEK YANG PALING SYANTIK DI SMA GARUDAA, THEO AND KALVIN IS BACKK!!" tiba-tiba suara seorang cowok itu menggelegar di seluruh penjuru kantin, hingga membuat semua orang yang ada di kantin terdiam.

"Suara lo! Plis deh Teh, gak sanggup eneng mendengar suara mu duhai kakanda," geram Kalvin pada Theo dan hanya dibalas dengan cengiran polosnya.

"APA LO PADA? NANTANGIN GUE? YODAH, SINI, ATU-ATU, GELUD KITA!!" teriak Theo pada anak-anak yang ada di kantin, hingga pada akhirnya mereka semua mengacuhkan perkataan Theo dan melanjutkan kegiatannya masing-masing.

Deira, Ocha dan Arlin hanya memandang bingung kedatangan duo macho ini, tanpa Avin. Tumben-tumbenan sekali mereka hanya berdua.

"Kal! Jadi Avin tinggal dimana? Udah balik ke rumahnya lagi?" tanya Deira serius.

"Avin tinggal di rumah gue, mau apa lo? Cemburu? Asal lo tahu, Avin sekamar sama gue, udah main juga, mau apa lo? Mau gelud sama gue? Sekuy gue jabanin!" Theo memasang kuda-kuda ala petarung yang ada di televisi.

Seketika Deira terdiam, dan dengan wajah yang dingin, kaku ia berdiri perlahan dari tempat duduknya untuk menghadang Theo, seakan-akan dia memang akan benar-benar berkelahi dengan cowok absurd itu.

"A..Ampun Dei, lupa gue kalo lo anak karate, hehe," Theo mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah pada Deira.

"Yaa lo sih Teh, tau adek gue anak karate malah lo tantangin," tambah Kalvin makin menyudutkan Theo.

"Jadi bener? Kak Avin tinggal di rumah lo kak?" tanya Ocha penasaran.

"Iya." jawab Theo singkat.

"Elaah, buset dah! Ngambekan lo Teh, cem nax gadis pms lo njir!" Kalvin langsung saja menepuk pelan pundah Theo.

"Iss abwang mahh, aku kan gak ngambekan, emang abwang? Aku tolak aja abwang langsung lari dari rumah," ucap Theo dengan nada yang di manja-manjakan.

"JIJIK ANJING! BENCI GUE! BANGSAT LO TEH! TAU GAK SIH LANGSUNG KEBAYANG SAMA GUE, YAWLOO JIJIK BENER!!" teriak Kalvin dengan horornya memandang Theo.

Sementara tiga gadis yang ada di depan mereka hanya tertawa melihat duo macho ini beradu argumen.

"Kata Avin kemaren sih, dia mau pindah ke appartemen yang udah di belinya. Di Luxuri Golden Appartement." Jelas Theo kembali serius.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang