Sepulang sekolah, Avin langsung memberes-bereskan barangnya yang ada di rumah Theo. Jika kalian bertanya, darimana Avin mendapatkan barang-barangnya? Avin menyuruh orang rumah untuk membawa semua barangnya ke rumah Theo. Ia benar-benar tak ingin kembali ke rumah itu rasanya.
"Teh, lo tolong baju gue yang ada di kamar mandi, cepet! Waktu gue gak banyak," teriak Avin meminta pertolongan Theo.
"Selow anjing! Iya nih gue ambilin, sempak lo udah semua? Jangan sampe lo ikut bawa sempak gue, sempak-sempak gue itu bersejarah, apalagi yang warna ijo lumut, weeh, dari gue unyu itu," jelas Theo ngelantur.
"Anjirr!! Humor gue cuma sebatas sempak bersejarah! Emang anu lo gak tumbuh dan berkembang Teh?" Tanya Avin diselangi dengan tawa yang mengeluarkan air mata. *apaan njirr:v
"Sialan lo Vin! Eh nanti kalo ketemu someone jangan kaget yah babang koee," ucap Theo dengan nada yang sangat manja.
Avin yang mendengar itu hanya mengacuhkannya saja, ia tak pernah menganggap ucapan Theo itu benar, karena ia tau temannya yang satu ini tak pernah ada di jalan yang lurus, pasti jalannya banyak persimpangannya.
"Huuh, barang gue udah siap semua, gue pergi dulu yee, salam sama emak bapak lo Teh!" Salam Avin, setelah itu ia melanjutkan perjalanannya ke appartement yang telah ia beli itu.
"Siap boss guee, ti ati yah mazz," teriak Theo seraya melambai-lambaikan tangannya.
Avin menambah kelajuan mobilnya menuju Luxuri Golden Appartement, tepat saat pertama kali ia bertemu dengan seorang gadis yang sempat mengganggu pikirannya.
"Kamar gue ada di lantai 25, gue harus cepat!" Ucap Avin pada dirinya sendiri. Ia memang sengaja mengambil ruangan yang ada di lantai paling atas, karena menurut Avin, lantai paling atas itu adalah lantai yang lebih nyaman, tenang, bisa melihat pemandangan kota dari atas, dan tentunya lebih privasi.
"Kamar nomor 211, mana ya?" Avin terus berjalan mencari kamarnya, 207..208..209.. nah ini dia," dengan bahagianya Avin langsung membuka kamarnya itu dan langsung menaruh barang-barangnya.
Ruangan nomor 211, kamar milik Avin yang berisikan tiga kamar, satu kamar utama, dan dua kamar tamu, satu dapur yang sangat luas, satu toilet umum, dan kamar mandi yang ada dalam masing-masing kamarnya.
Avin yang merasa kelelahan tentu saja langsung mengistirahatkan tubuhnya, hingga ia benar-benar tertidur pulas.
* * *
Arlin memasang wajah lesunya karena habis di bully lagi oleh Irene and the geng, ia dilempar kata-kata kasar oleh Irene dan teman-temannya, untung saja ini Arlin, kalau siswi yang lain, mungkin sudah menangis kejer karena kasarnya kata-kata yang dilempar oleh Irene.
Arlin berjalan menuju kamarnya yang ada di appartemen dengan lemah, tak ada gambaran semangat dari wajahnya, dia benar-benar butuh istirahat saat ini.
"Aduuh, tumben banget si Tina Tini gak ribut kaya biasanya," ucap Arlin seperti orang blank.
Tina Tini adalah cewe kembar yang sudah lama menjadi tetangga Arlin di appartement ini, memang kamar Arlin kedap suara, namun saat Arlin lewat di depan kamar mereka, pasti mendengar suara keributan, baik itu di pagi hari saat Arlin mau berangkat ke sekolah, ataupun saat Arlin pulang sekolah.
"Syukur-syukur deh, udah damai kali ya mereka berdua, jadi gue gak stress terus kalo lewat disini," Arlin bicara pada dirinya sendiri. Tak mau lama, ia langsung membuka kunci kamarnya dan masuk kedalam ruangan itu.
Arlin melempar bebas tas sekolahnya dan langsung membaringkan dirinya di atas kasur yang sangat ia rindukan. Seketika ngantuk menyerangnya, namun langsung ia senggal karena ia belum membersihkan badan sama sekali. Tak menunggu lama, Arlin berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan badannya.
Setelah selesai dengan acara mandinya, Arlin benar-benar bingung dengan tetangganya kali ini, ini benar-benar aneh dengan Tina dan Tini, kemana mereka? Atau jangan-jangan...
Arlin langsung menempelkan telinganya pada dinding kamar, dengan tujuan agar ia dapat mendengar apa yang sedang Tina dan Tini lakukan. Sedetik kemudian,
Plakk!!
Arlin memukul kepalanya sendiri, "astaga! Kenapa gue bego banget sihh, jelas-jelas ni ruangan kedap suara, astagaa!" Rutuk Arlin pada dirinya.
"Atau gue liat dari balkon aja kali ya? Atau gue ketuk aja pintunya? Atau gue kunjungi aja langsung? Eh tapi kalo gue kesana ntar ngeliat si Tina lagi acara gantung menggantung kan berabe gue, ehh tapi gimana yaa? Humm?? Emmm?" Tanya Arlin pada dirinya sendiri yang sudah seperti orang gila, ia malah terlihat pusing sendiri karena tetangga sebelahnya ini.
"Fix! Gue liat dari balkon aja lah!" Ucapnya pada diri sendiri.
Tak menunggu lama, ia segera berjalan menuju balkon kamarnya, namun ia tak menemukan salah satu dari si kembar itu, mau tak mau ia harus sedikit mengintip, 'ehee sekali kali-ngintip kan gak masalah' Arlin cengengesan dalam hati.
"Astaghfirullah! Huh! huh! huhhh! Mata gue udah gak suci anjiirrr" teriak Arlin kesal.
Seseorang yang mendengar teriakan toa Arlin itu segera membuka matanya, ia dengan tak berdosanya juga berjalan menuju Arlin, dan saat mereka sama-sama ingin melihat kembali..
"Allahuakbar!"
"Astagaa!"
Teriak mereka secara bersamaan, bagaimana bisa, mereka sama-sama saling mengintip satu sama lain, dan mirisnya wajah mereka hampir bertabrakan kalau saja Arlin tidak menjauhkannya terlebih dahulu.
'Yatuhan, buat nih cowok lupa sama Arlinn...' Arlin berdoa dalam hati.
"Lo..cewek yang ketemu sama gue di depan pos satpam kemaren-kemaren ini kan?" Tanya Avin memastikan.
'Yaah percuma gue doa-,' rutuk Arlin dalam hati.
"Yang mana? Lo salah orang?" Tanya Arlin pura-pura lupa.
"Yang waktu gue tanya tentang motor itu sama lo, gue gak mungkin salah orang," Avin menjelaskan dengan nada yakin dan tentu saja membuat Arlin menjadi gugup.
"Ooh..ummm kayaknya iya, gue lupa wajah lo, hehe" Arlin hanya menampilkan cengiran polos dari wajahnya.
"Hahaha ternyata lo cantik-cantik pelupa ya," ucap Avin diselangi kekehan ringan yang membuat ia semakin bertambah ganteng.
Sementara Arlin yang memandang pemandangan langka ini hanya cengo, secepat itukah Avin dekat dengan seorang cewek?
"Ehh lo jangan bengong, kesambet setam appartement ntar, jangan bingung, kalo lo bingung, gue juga ikutan bingung, gue heran sama diri gue sendiri, gue gak pernah se SKSD ini sama orang, apalagi cewek," jelasnya.
Lagi-lagi Arlin hanya diam dan memasang tampang bingungnya, tak lama Arlin kembali bersuara, "hah? SKSD apaan?" Tanya Arlin.
"Sok Kenal, Sok Dekat!" Ketus Avin.
"Nama lo siapa?" Sekarang giliran Arlin yang bertanya.
"Gue Avin, lo?" Tanya nya balik.
"Gue..."
~~~~~
Double up ya!
Semoga suka
Jangan lupa Vote+comment nya
Bay bay~

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Release
Mystery / ThrillerBagaimana mungkin seorang gadis cupu yang dianggap sampah memiliki banyak kejutan dihidupnya. Tidak ada satupun orang yang tau tentang apa yang di sembunyikan oleh gadis itu selama belasan tahun. WARNING!!! • TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN • TERDAPAT K...