Suasana kota Tokyo pada sore ini sangat tenang, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00, tidak ada cuaca buruk atau kejadian apapun yang menghalangi kegiatan masyarakatnya pada hari ini. Begitu juga dengan Brayn.
Saat ini ia janjian untuk bertemu dengan Mike. Sahabatnya dari kecil, bahkan mereka telah bersama-sama semenjak umur dua tahun. Ia dan Mike duduk di sebuah cafe yang cukup kecil dan tak terlalu banyak pengunjung sehingga membuatnya dapat bicara bebas tanpa takut orang lain mendengarnya.
Orang-orang menyebut tempat itu dengan cafe Conifera, yang identik dengan berbagai artistik pohon pinus, mulai dari meja, kursi dan hiasan-hiasan dinding yang sangat indah itu, semuanya berbahan pohon pinus.
Mereka duduk di meja yang berada di tepi ruangan namun berada di dekat jendela kaca yang langsung menghubungkan pandangannya dengan lingkungan luar. Semuanya benar-benar indah.
"Apa yang ingin kau ketahui, Brayn? Tak biasanya kau mengajakku bertemu seperti ini," tanya Mike to the point.
"Kau tahu Arlin dimana." Ucap Brayn dingin.
"Berbicara padaku memiliki banyak syarat, dan ya, apa itu? Sejenis kalimat pertanyaan atau tuduhan?" Sarkas Mike menatap Brayn remeh.
"Baiklah, maafkan aku. Kau pasti tahu kan, Mike, Arlin dimana?" Tanya Brayn mulai melunak.
"Haha sahabatku ini sangat memahamiku, tentu saja aku tahu, bahkan ia baru saja pamit padaku tadi pagi setelah pemotretan," jawab Mike santai
"Pamit? Kemana?"
"Tentu saja balik ke Indonesia. Ia tampak kacau. Biar kutebak, kalian bermasalah?" Terka Mike.
"Ia melihatku video call dengan......"
"Berhentilah mengorbankan sepupuku, Brayn. Memang dia tahu kau hanya memanfaatkannya, tapi kau tak bisa seperti ini terus!" Ucap Mike cukup terbawa suasana.
"Aku hanya....."
"Ya! Ingatlah! Tahun berapa kau lahir?! Bahkan kita seumuran, kita sama-sama lahir di tahun 1995, dan kita balik ke dunia SMA hanyalah misi dari organisasi!!" Ucap Mike lagi.
"Aku tahu! Sepupumu itu hanya sebatas anak SMA berumur tujuh belasan, tapi aku harus bagaimana, Mike?!" Potong Brayn tak ingin disalahkan.
"Kita sudah dewasa Brayn, umur kita sudah lebih dari dua puluh tahunan, seharusnya kau lebih dewasa dalam menanggapi Arlin," saran Mike mulai melunak.
"Kau pasti tahu alasanku seperti ini, Mike."
"Apa? Hanya karena Arlin tak pernah memandangmu? Bahkan kau hanya melihat ini dari sudut pandangmu. Cobalah mengerti, kalau dia tak pernah memandangmu, ia tak akan sekacau itu tadi," jelas Mike berusaha menyadarkan Brayn.
"Ingatlah, kita sudah dewasa, jangan mentang-mentang kita kembali ke masa SMA dan jalan pikirmu kembali kekanak-kanakan!" Sambungnya lagi.
Brayn hanya terdiam memandangi segelas kopi hangat yang ada didepannya, ia mengaduk-aduk kopi itu dengan tatapan kosong. Beberapa deik kemudian, pandangannya terangkat pada sosok lelaki jangkung didepannya, dan tersenyum sinis.
"Berhentilah untuk seperti itu, dibanding kita bertiga, kau memang terlihat seram, meski tak seseram Arlin." Cegah Mike dan mengarah pada jendela cafe itu.
"Baiklah, aku ingin pulang, jika kau sadar, kembalilah ke Indo. Jangan lupa bayarkan minumanku!" Ucap Mike dan berlalu meninggalkan Brayn sendiri tanpa memperdulikan lelaki itu.
* * *
Disepanjang perjalanan menuju rooftop sekolah, pikiran Avin dipenuhi pertanyaan- pertanyaan tentang siapa yang memintanya menuju bagian atap sekolah itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/178047168-288-k811569.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Release
Misteri / ThrillerBagaimana mungkin seorang gadis cupu yang dianggap sampah memiliki banyak kejutan dihidupnya. Tidak ada satupun orang yang tau tentang apa yang di sembunyikan oleh gadis itu selama belasan tahun. WARNING!!! • TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN • TERDAPAT K...