Aku Arlin 1

397 16 0
                                    

Entah apa maksud author membiarkan aku menceritakan semua ini pada semua orang, disini aku disuruh untuk menyatakan semua fakta tentangku.

Namaku Arlin Kayana Albert, aku lahir di kota Washington, pada tanggal 25 Desember 1997. Tahun ini umurku 23 tahun, aku berada di kota Washington hanya untuk menompang nama tempat lahir, bahkan setelah aku lahir, kami kembali ke Jepang.

Dalam keluarga, aku selalu di didik dengan tegas, semua yang aku lakukan harus sesuai dengan aturan yang ada di keluargaku. Kami memang memakai peraturan kuno, dimana semua keputusan bergantung pada kepala keluarga, bagi yang tidak setuju, hanya dapat mengajukan pendapat tanpa bisa memutuskan.

Aku hidup selalu seperti itu, hingga umurku dua tahun, ketika itu aku baru bisa berbicara meskipun tidak lancar, jangan heran kenapa aku bisa mengetahui masalaluku hingga ke akar- akarnya. Semua terpampang didalam kamera mama yang merekam segala perkembanganku.

Bermain di halaman mansion adalah kesenanganku, baik itu sejenis berlari-larian, mengganggu Arlan, atau sekedar bermain-main air di kolam renang.

Suatu hal telah terjadi saat itu, aku selalu waspada di umurku yang begitu belia, begitulah yang diceritakan oleh mama. Ketika seseorang menendang sebuah batu berukuran tidak terlalu kecil dan mengenai gerbang mansionku hingga menimbulkan suara nyaring.

"WOI CIAPA ITU?!" teriakku. Itu terdengar cukup menggemaskan menurutku.

Tak lama kemudian seorang anak laki-laki muncul dengan wajah yang terlihat menyesal. Sepertinya ia seumuran dengan kakakku, Arlan. Tak apa, diumurnya yang cukup kecil wajahnya sudah terlihat sangat tampan.

"Adik kecil, maafkan aku, aku tidak sengaja," perkataan manis itu terlontar dari mulutnya, bahkan hingga saat ini aku sangat menyukai setiap kata yang terucap olehnya.

Ketika itu langsung saja aku berlari menuju ke arahnya dan membukakan pintu gerbang untuknya. Apalah yang ada dipikiranku saat itu, semua hanya tentang teman untuk bermain, mana ada perasaan yang kurasakan seperti sekarang.

"Masuklah, Ayin kecepian, ga ada teman. Kak Arlan ga mau main sama Ayin," wajahku dulu itu benar-benar polos, tidak seperti sekarang, benar-benar bajingan.

Disanalah mulainya kedekatanku dengan Brayn, awal yang sangat simple. Jika bicara tentang Brayn, sebenarnya lelaki yang lebih tua, yaa Brayn memiliki tanggal dan bulan lahir yang sama denganku, namun ia lebih tua dariku dua tahun, bisa dikatakan dia lahir pada 25 Desember 1995. Aku benar-benar merindukan lelaki itu.

Setelah perkenalanku dan Arlan dengan Brayn, ia juga mengajakku untuk berkenalan dengan Mike, lelaki tulen dari Jepang yang memiliki nama lengkap Mike Tsyuzio itu sama seperti Brayn, kami berempat berteman sejak saat itu, dan kami menyebutnya dengan kata sahabat.

Brayn dan Mike itu sosok yang sangat penyayang, mereka sangat menyayangiku, dan ya, mereka tak pernah berprilaku bringas dan dingin seperti yang tunjukkannya pada orang lain.

Sebenarnya disini banyak yang ingin ku bicarakan, namun aku juga tidak tahu mulai dari mana, bisa jadi ini akan menjadi cerita terpanjangku. Baiklah, aku akan menceritakan semuanya,

Aku berada di Jepang hingga berumur empat tahun, dua tahun setelah pertemananku dengan mereka, aku pindah ke Rusia, hanya berdua dengan mamaku, karena papa, ia harus menyelesaikan perusahaannya yang berada di ambang kebangkrutan ketika itu di Indonesia, dan Arlan? Dia tetap di Jepang karena tak ingin berpisah dengan Brayn dan Mike.

Perpisahan itu menyedihkan, memang.

Ketika itu, papa sebenarnya ingin membawaku dan mama ke Indonesia, namun aku tetaplah Arlin si keras kepala, aku tak ingin ke Indo dengan alasan Indonesia terlalu panas, hingga mama membawaku ke daerah paling dingin, kejam memang. Huh!

Disana aku bertemu dengan sahabat SMA mama, dia bernama Evelyn. Wanita cantik itu juga sudah memiliki anak, yang seumuran denganku, sepertinya hanya selisih satu atau dua tahun. Yaa dia Avin Marcello Aquino. Cinta masa kecilku.

Selama satu tahun disana, selalu ku habiskan dengannya. Tak lama memang, tapi aku menyayangi lelaki itu. Mama Evelyn, aku memanggilnya mama Ino, ia bercerita bahwa ia tengah mengandung empat bulan, itu adik Avin. Bahkan hal itu terjadi sangat miris saat aku mengetahui bahwa papa Avin telah meninggal dua bulan setelah kehamilan mamanya.

Hal itu terjadi karena kasus pembunuhan berencana. Sekarang, aku tahu siapa pelakunya.

Namun setelah satu tahunnya, tepat di hari ulang tahunku yang kelima, aku meminta Avin untuk berjanji, aku yakin kalian semua pasti tahu apa isi perjanjian itu, dan keesokan harinya aku kembali ke Jepang tanpa sepengetahuannya, aku minta ijin pergi hanya melalui surat yang ku tulis sendiri, ternyata surat itu juga di anggurkan olehnya selama beberapa bulan. Benar-benar lelaki keparat!

Diperjalanan aku terus mendesak mama meminta penjelasannya kenapa kami tidak membawa Avin ke Jepang juga, terlalu muak denganku mungkin, mama malah menjawabku dengan sedikit kesal, itu membuatku takut, dulu. Tapi sekarang, lihatlah, bahkan kami suka beradu kata-kata yang tidak disukai oleh papa, hahaha sangat lucu.

Saat sampai di Jepang, barulah aku sadar, bahwa alasan mama tidak membawa Avin ikut dengan kami karena aku dimasukkan ke academy MS-13 yang hanya ada di Jepang ketika itu. Ya academy yang ada di negara bunga sakura itu khusus dirancang untuk mendidik anak dibawah umur 15 tahun. Karena umurku baru lima tahun, yasudah.

Setelah mendaftarkanku ke academy, orang tuaku memilih ke Indonesia, melanjutkan hidupnya di negara tropis itu, sangat tidak mengenakkan pasti, daerahnya sangat panas. Bahkan aku lebih memilih berada di Rusia daripada di Indo.

Kadang aku kesal sendiri, kenapa orang tuaku malah memasukkanku ke academy kejam ini di umurku yang sangat belia? Tapi jika di ingat-ingat apa kabar dengan Brayn? Bahkan ia sudah berada di academy semenjak umurnya satu tahun, aneh sekali, bicara saja belum lancar sudah di didik dalam organisasi gelap.

Yaa lelaki yang lahir di Belanda itu memiliki orang tua yang sama tak berperasaannya denganku, papa Brayn itu bisa disebut sebagai mafia inshaf, sama seperti mama. Papa Brayn itu berhenti ketika ia sudah bertemu dengan mama Brayn dan mereka memilih untuk keluar dari dunia keji seperti itu.

Namun tetap saja, yang namanya mafia, baik itu yang sudah inshaf ataupun tidak, pasti memiliki banyak musuh, itulah alasan kenapa Brayn dimasukkan kedalam organisasi semenjak umur yang tidak dapat disebut dengan umur itu. Baiklah back to topic.

Aku senang, ketika dimasukkan kedalam academy, disana aku kembali di pertemukan dengan Brayn dan Mike, namun tidak dengan kak Arlan, dia laki-laki termalas yang pernah aku kenal, benar-benar menjijikkan.

Di academy itu kami juga memiliki pendidikan yang sama seperti sekolah lainnya, tapi memiliki beberapa pelajaran tambahan, seperti kelas menembak dengan senjata, panah dan lainnya, disana kami juga di ajarkan bela diri yang banyak macamnya. Tenang saja, kami telah menguasai semuanya. Disana, kami juga tak mengenal kata kasihan, tidak ada perlakuan khusus diantara kami.

Semuanya berjalan lancar dan aku senang, karena aku dikelilingi oleh orang-orang yang kucintai, yaitu Brayn dan Mike. Pertemanan kami terus berjalan dengan manis, bahkan sangat tidak bisa dilupakan. Aku menyayangi mereka.

~~~~~
Ini adalah fakta-fakta yang diungkap oleh Arlin sendiri ya.
Kalo kalian ga baca, kalian gabakal ngerti alurnya :)

Terimakasih semuanya🖤
04

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang