51 - Hadiah untuk Zeus

329 16 1
                                    

"Diisopropylaminoethanol??" Tanya Arlin seraya menatap wajah kaget milik Parisa.

"Kau mencoba untuk membunuhku, Parisa sayang?" Tanya Arlin mendekati wanita yang duduk di depannya.

"B--berhenti Arlyzia! Kalau tidak, aku akan menghubungi Richard!!" Ancam wanita itu berusaha menjangkau handphone yang ada di meja tamu itu.

"Apa? Arlyzia? Siapa itu?? Haha maaf ya Parisa, sebenarnya namaku bukan Arlyzia, tapi Arlin Kayana Albert," balas Arlin dengan berlaga gugup di depan wanita bodoh ini.

"Kau telah membohongiku!!" Teriak Parisa frustasi.

"Dan... apa? Richard? Menghubungi Richard katamu? Dia saja sudah membusuk di penjara, bagaimana kau bisa menghubungi pria tak berguna itu?" Remeh Arlin menatap wanita di depannya ini tajam.

"K---kau benar- benar licik, Arlyzia!!" Bentaknya semakin frustasi.

"Ayolah Parisa, berhenti memanggilku dengan nama itu, aku Arlin, Okay? Arlin. Kayana. Albert." Ucap Arlin penuh penekanan.

"Aku ingin menemui Richard! Awas kau!" Wanita itu tiba- tiba bangkit dari tempatnya dan berlalu pergi. Namun bukan Arlin namanya, jika ia tak bermain- main rerlebih dahulu.

"Duduklah dahulu, Parisa. Ayo kita berbincang," ajak Arlin duduk dengan tenang seraya menyilangkan kakinya hingga menambah kesan anggun pada diri gadis itu.

"Kau licik, Arlin. Aku tak akan mempercayaimu lagi," kesal Parisa terus melangkah meninggalkan Arlin.

"Kau berjalan, kau lumpuh," desis Arlin tajam. Mendadak wanita setengah baya itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Arlin remeh.

"Kau? Mau membuatku lumpuh? Cih! Yang benar saja," remehnya.

"Kau bicara, lidahmu kujadikan santapan anjing," ancaman- ancaman itu terus keluar dari mulut indah Arlin. Hal itu membuat Parisa semakin meremehkannya.

"Kau terlalu anak- anak untuk bicara seperti itu, Arlin," remehnya lagi.

"Sembilan kata. Sembilan organmu akan menjadi makanan anjing peliharaanku," desis Arlin semakin tajam.

"Pendusta," sahut Parisa melangkah maju menuju Arlin.

"Satu kata, satu kepala. Tiga belas langkah, tiga belas sayatan," ucap Arlin lagi.

Sedetik kemudian, Arlin bangkit dari tempat duduknya hingga membuat Parisa waspada. Tanpa diketahui oleh siapapun, tangan gadis itu sudah menggenggam sebuah pisau lipat yang biasa ia gunakan untuk bermain.

Dengan sedikit loncatan, kaki Arlin berhasil menghantam dada Parisa hingga membuat wanita setengah baya itu terperangah dan jatuh berlentang di atas ubin yang dingin itu.

"Mari kita ingat, apa saja hukumanmu yang sudah ku ucapkan tadi, nona Parisa yang terhormat," ucap Arlin sedikit mengasah ujung pisaunya di pipi sebelah kiri milih Parisa hingga membuat darah segar keluar dari bagian wajah wanita setengah baya itu.

"Yang pertama, kau berjalan, kau lumpuh.
Yang kedua, lidahmu menjadi santapan anjingku.
Yang ketiga, delapan organ menjadi santapan tambahan anjingku.
Yang keempat, satu kepala dan tiga belas sayatan.
Yang kelima, hukuman 20tahun penjara milikku, bagaimana kalau diganti dengan 20 menit menjelang kematianmu?" Tawar Arlin tersenyum tulus.

"Aku baik bukan? Aku memberimu waktu sebelum mati, tidak seperti orang lain, main bunuh- bunuh saja. Ini hanya demi kau, Parisa. Jika aku langsung membunuhmu, nanti aku dikira psikopat lagi, padahal kan, tidak. Bayangkan saja, untuk tahun ini aku tidak banyak membunuh, tapi orang malah menganggapku psikopat, aku salah apa?" Oceh Arlin panjang lebar.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang