15 - Bencana

975 50 0
                                    

"Ayo dong Arlin, kenapa kayak cupu gini, kan biasanya ngelawan sama kakak," ucap Irene dengan nada yang dimanja-manjakan, seraya membelai wajah Arlin.

"Heh! Lo siapa? Berani-beraninya lo ganggu orang lagi makan!" bentak Deira memandang Irene tak suka,

"Aduuh! Adek, kamu masih anak baru ya disini, jangan sok-sokan jadi pahlawan lo!" tegas Irene seraya menunjuk Deira dan Ocha dengan tangan kirinya.

"Apa mau lo?" Arlin segera mencegah aksi Irene yang bisa saja menyakiti kedua sahabatnya.

"Gue? Gue mau ngasih pelajaran pada anak-anak baru ini!" ia memandang Ocha dan Deira tajam.

"Mereka gak salah apa-apa," ucap Arlin tenang.

Suasana di kantin saat ini sangat tegang, beberapa orang menatap Irene dengan takut, dan banyak yang mengira-ngira apa yang akan dilakukan oleh Irene kali ini, mengingat bahwa gadis kejam itu sangat benci hingga mendarah danging pada Arlin.

Arlin langsung saja menarik kedua temannya dan pergi meninggalkan kantin. Saat berjalan keluar, mereka sempat berselisih dengan Avin and the geng, Avin hanya menatap Arlin sebentar dan fokus pada jalannya lagi, sedangkan Theo dan Kalvin menatap ketiga cewek itu dengan tatapan bertanya tanya.

Arlin yang sempat ditatap Avin, hanya menahan suaranya agar tidak berteriak saat itu juga, sudah lama sekali rasanya ia tak bertemu dengan Avin, padahal mereka tak bertemu mungkin hanya satu hari ataupun itu tidak cukup 24 jam.

* * *

"Lin! Lo ngapain bawa kita ke rooftop ini?! Seharusnya gue harus ngejambak si kingkong sok cantik itu! Gue ngerasa di lecehkan tau gak!" Deira melepas kasar tangan Arlin, jika dilihat-lihat wajah Deira kali ini benar-benar merah karena menahan emosinya sedari tadi.

"Dei! Please lo harus inget, gue cupu disini, gue pasti ngasih lo kesempatan buat ngebalesin semuanya ke Irene, tapi gue mohon sama lo, buat nahan semuanya sekarang," jelas Arlin berusaha meredakan emosi Deira, ia tahu, jika temannya ini sedang emosi, dia akan ngelakuin apa saja agar emosinya bisa mereda, melukai orang sekalipun.

"Lin, gue bingung, kenapa lo bisa segitu sabarnya melihat kelakuan Irene ke lo?" akhirnya Ocha yang sedari tadi diam pun angkat suara.

"Gue sebenarnya juga gak tahan Cha, tapi ini semua demi mama gue, mama yang nyuruh gue berubah," jawab Arlin.

"Tapi lo gak harus jadi cupu, sialan!" tegas Deira,

Akhirnya mereka segera turun dari rooftop sekolah dan memasuki kelasnya karena jam pelajaran akan segera di mulai.

Di tengah perjalanan banyak yang menandang mereka dengan berbagai tatapan, ada yang mengagumi kecantikan Ocha dan Deira, mencaci maki Arlin, bahkan Ocha dan Deira di bilang sok kecantikan, mereka hanya mengacuhkan komentar orang-orang dan terus berjalan.

"Lin, gue jadi kangen kebiasaan kita dulu," ucap Deira dengan senyum smirk di wajahnya.

"Aah iya iya, kuy lah kita lakuin lagi, kangen juga gue, hahaha," gelak tawa mereka lepas begitu saja, tak peduli dengan pandangan siswa-siswi lain.

"Sekarang kita jam Fisika, hayuk lah kita laksanakan misi lama, " ajak Arlin pada kedua gadis yang kini berjalan di sisi kanan dan kirinya.

* * *

"Assalamu'alaiku..."

"Dari mana saja kalian bertiga?" potong bu yusti saat menyadari pintu terbuka dan menampilkan tiga siswi nya yang datang terlambat.

"Aduuh bu Yus, kita belum selesai ngucap salam, ibu malah ngomong, jawab dulu atuh buk," ucap Ocha

"Wa'alaikumsalam! Heleh, ngeles kamu," jawab bu Yusti dengan ketus.

"Yang lengkap ibu guru ku sayang," kini Arlin yang angkat suara, melihat wajah masam buk Yusti kali ini benar-benar jadi hiburan tersendiri bagi mereka bertiga, di sekolah lamanya, mereka bertiga terkenal dengan cewe bar-bar, bad dan suka membuli orang, bahkan guru pun sering mereka bully.

"wa'alaikumsalam warrah matullahi wabarokatuh! Kalian berdua ini masih murid baru kan disini? Dan kamu Arlin, berani beraninya mempertelekan ibu!" ucap bu Yusti dengan wajah masam.

"Waah, ternyata buyus tau ya, kalo kita berdua murid baru disini," ucap Deira dengan wajah yang sangat bahagia.

"Ya tau lah, bahkan kalian baru aja masuk disini udah buat keributan, khusus untuk kalian bertiga, kerjakan tugas dari halaman 125 sampai 145!" ucap bu Yusti tak terbantahkan.

"HAH?!! YA ALLAH BUYUS, ITU IBU MAU NGASIH TUGAS KAMI ATAU MAU NGEBUNUH KAMI SECARA PERLAHAN BU?!!" ucap mereka serempak dengan suara yang sangat menekakkan telinga.

"TIDAK! ADA! BANTAHAN!" tegas bu Yusti.
"Baiklah semuanya, ini lah gambaran bahwa guru kita, bu Yusti tak sayang pada alam," ucap Arlin dengan gaya ustad-ustad yang berceramah di mesjidnya pada malam tadi.

"Siapa yang kamu bilang tak sayang alam? Ibu sayang alam, buktinya ibu tak pernah menebang pohon sembarangan," elak bu Yusti tak mengerti apa maksud dari perkataan muridnya ini.

"BuYus sayang alam buYus kata? Buktinya ini, buYus ngasih kita tugas 20 halaman, dan itu butuh buku buYus, buku itu dari kertas buYus, buYus tau kan, kalo kertas itu dari kayu? Jadi kalau buYus suruh kita nugas di Buku, otomatis pake kertas dong buYus, kalo terus-terusan pake buku, otomatis lagi hutan gundul kan buYus, dan itu dapat menyebabkan global warming, JADI KAMI BERTIGA MENDUKUNG ANTI GLOBAL WARMING DENGAN TIDAK BELAJAR MENGGUNAKAN BUKU!!!" jelas Arlin dengan semangat yang sangat menggelegar serta berteriak-teriak menjelaskan kepada ibu Yusti.

"Lin, gue ragu lo ranking paralel dari SD," ucap Ocha memandang Arlin tak percaya.

"Astagaa Liin, ahahah parah lo emang," dengan tak tau malunya Deira tertawa hingga air mata menetes di sudut matanya.

Banyak anak-anak di kelas Arlin berbisik- bisik, dan ibu Yusti hanya diam tak menyangka bahwa anak-anak di kelas XIPA-2 se gila itu.

"KAMI SETUJU DENGAN ARLIN BU, KAMI MENGADAKAN GERAKAN ANTI GLOBAL WARMING DENGAN TIDAK BELAJAR MENGGUNAKAN BUKU!!!" tentu saja bu Yusti kaget, tiba-tiba seluruh nurid di dalam kelas ini angkat suara mendukung aksi gila Arlin, dan bu Yusti hanya menatap garang pada Arlin yang di balas dengan cengiran tak berdosa Arlin.

* * *

"OVAAAAAAAAANNNNN!!!!!!!!!!!!!!" teriakan seorang wanita patuh baya terdengar saat wanita itu baru tiba di depan rumahnya.

BRAAAAK!!

Anak laki-laki yang dipanggil oleh mamanya tadi telah terbaring lemah dengan darah yang bercucuran dari kepalanya.

Wanita paruh baya itu segera berlari seperti orang kesetanan menuju ke tempat anaknya yang sedang terbaring lemah.

"AVIIIN KELUAR KAMU!!! TOLONG OVAAAN DISINII!!" teriak wanita itu memohon agar Avin dapat mendengar teriakannya.

"Ada apa ma? Kenapa ma-- astaga Ovaan, Ovan kenapa ma?" Avin seketika syok melihat adeknya telah terbaring lemah dengan kepala yang berlumuran darah.

"CEPAT, SIAPKAN MOBIL VIN, BAWA OVAN KE RUMAH SAKIT!" perintah nyonya Aquino dengan air mata yang sudah tak dapat dibendung lagi.

~~~~~
Adudu adudu adudu
Vomment jangan lupa ya

Salam cinta
Rashya:*

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang