47 - Bahagia

374 14 2
                                    

Restoran Osteria merupakan restoran bergengsi di Jakarta, tentu saja yang  mengunjungi restoran ini adalah orang-orang beruang dan hedon. Biasanya diisi oleh ibu-ibu arisan dan para remaja yang keuangannya jauh diatas rata-rata.

Restoran ini terletak di tingkat paling atas dari apartement yang tak kalah bergengsinya dari restoran Osteria ini. Tempat ini begitu indah, dengan berbagai Artistik unik. Terdapat sebuah air mancur di tengah resto, dan kolam air disisinya. Pada setiap meja terdapat lilin apung yang memiliki aromaterapi.

Semua tersusun rapi dan terdapat kesan menenangkan bagi seluruh pengunjung. Mereka semua sangat menikmati keadaan yang tenang tanpa keributan di dalamnya.

"Woi sawan, kalian ngapain dandanin gue kaya pengantin ribet gini?!" Teriak gadis itu pada ketiga sahabatnya.

"Ututu adek Arlin sayang, lo harus cantik malam ini, okay?" Balas Deira sumringah.

"Ada acara apa sih?! Mana alay banget lagi dandanannya," ucap Arlin risih.

"Jadi, malem ini, Brayn traktir kita makan-makan, nah kita semua harus cantik dong," sambar Nanat tak mau kalah.

"Ho'oh, lo jan sok-sok risih deh Lin, gue tau, lo ga bisa dandan, lagian waktu kita udah ga banyak, setengah jam lagi mulai nih!" Ucap Ocha mulai panik.

"Lo pikir gue ga bisa dandan gitu?! Hallo yang model disini itu gue, guys! Kalian ngedandanin gue alay banget tau gak?! Kaya orang mau lamaran aja!" Protes Arlin tak terima.

"Jan banyak bacot anjing, waktu makin deket nih sialan!" Kesal Deira membuat Arlin mendadak bungkam.

"Dei, udah?" Suara seseorang membuat mereka semua bungkam begitu saja, dan dijawab anggukan dengan senyuman misterius oleh Deira.

"Brayn nunggu kita semua di luar," ucap lelaki itu dan berlalu meninggalkan para gadis yang masih saja sibuk dengan riasan wajah Arlin.

"Oke bang Mike! Sepuluh menit lagi kita keluar," teriak Ocha semangat.

Ke empat cewek itu menggunakan dress hitam panjang bersama sebuah kalung yang berliontin cincin yang menggantung indah di leher mereka, dan jangan lupakan mahkota bermutiara yang mengkilau itu terletak indah di puncak kepala mereka.

Keempat wanita cantik itu menarik perhatian seluruh tamu undangan yang tengah menduduki tempat mereka masing- masing bak putri raja yang sedang berjalan dengan anggunnya di atas red carpet.

"Ohh jadi yang ditengah itu calon tunangannya tuan Brayn." Bisikan salah seorang tamu undangan itu mengalun indah menuju indera pendengaran Arlin. Hal itu membuat Arlin menghentikan langkahnya dan menghadap pada orang itu.

"Apa yang kau bicarakan nona? Tunangan? Siapa yang akan bertunangan disini?" Tanya Arlin dengan wajah datar yang dinginnya.

"T--tidak ada nona, saya salah bicara," jawabnya gugup. Menyadari hal itu langsung saja Deira merangkul lengan Arlin dan membawanya pergi dari sana.

"Jan ngacauin acara, njing. Wajah dingin lo lebih nyeremin dari babi," bisik Deira pelan.

"Siapa suruh ngomongin orang dari belakang, kan gue jadi emosi," jawab Arlin tak berdosa.

"Emosi apaan, setan! Itu namanya emosa!!" Kesal Nanat.

"Emosa apaan coba??" Sahut Ocha mendadak bingung.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang