31 - Frustasi

648 26 0
                                    

Avin Marcello Aquino. Lelaki itu memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pikirannya hanya terpusat pada seorang gadis yang benar-benar sudah membuatnya menyesal.

Entah apa yang disesalinya, ia hanya merasakan kecewa, rindu, sesak dan ya dia memang mencintai seorang gadis yang bernama Arlin kayana Albert. Nama yang sudah dari awal tidak terlalu asing didengar, dan merasakan sesuatu hal penting yang ia lupakan.

Perasaan sesak itu semakin menjadi hingga membuat lelaki memacu kendaraannya lebih kencang. Membelah jalanan kota Jakarta, tak peduli dengan lampu lalu lintas yang berubah warna memerintahkan seluruh kendaraan untuk berhenti, sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi Avin.

Tak memakan waktu lama, ia tiba di tempat yang menjadi tujuan perjalanannya kali ini. Segera ia memarkirkan motornya dan memasuki kediaman keluarga Franklin itu.

Langsung saja, lelaki itu menekan bel yang telah ditempatkan disebelah pintu masuk menuju rumah itu. Sebenarnya bangunan didepan Avin kali ini tidak pantas disebut sebagai rumah tempat tinggal, mengingat bagaimana unik dan elegannya bangunan ini, dan ya jangan lupakan ukuran rumah itu yang jauh lebih dari kata besar.

Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Avin, wajah yang cantik begitu menawan serta anggun bak keluarga bangsawan, hingga tak ada yang memepercayai bahwa wanita ini sudah memasuki umur kepala empat.

"Hallo tante," salam Avin menunduk hormat pada wanita yang ada di depannya ini.

"Hai, Avin. Ada apa? Ayo masuk." Ucapnya lembut. Wanita itu benar-benar membuat Avin begitu menghormatinya.

"Terimakasih tante," ucap Avin dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Apa yang membawamu kesini, sayang? Kamu mencari Kalvin?" Tanyanya berbasa basi.

"Ohh bukan tante, Avin kesini mau cari Deira, kalo Kalvin lagi di appartement saya tadi." Ucap Avin menjelaskan maksud kedatangannya.

"Ahh begitu, Deira sedang bersama Ocha di kamarnya, mereka begitu akrab. Tapi tante jadi heran, kemana Arlin, biasanya mereka selalu bertiga. Kamu kenal Arlin kan, Avin?" Tanya wanita paruh baya itu seraya tersenyum hangat.

"Hmm iya tan, aku kenal juga sama Arlin, boleh aku ketemu Deira, tan?" Tanya Avin tak ingin ber-basabasi lagi.

Bukan tak ingin menghargai ibu dari sahabatnya, tapi ia tak ingin membuang-buang waktu hingga membuatnya terus menunda untuk mengetahui keberadaan Arlin.

"Oh tentu, sayang. Kamu ke atas aja, liat aja pintu yang berwarna abu-abu gelap, itu kamar Deira." Jelas wanita paruh baya dari kekuarga Franklin itu.

"Baik tante, terimakasih." Salam Avin sebelum berlalu pergi meninggalkan nyonya Franklin yang tengah menatapnya dengan senyuman hangat.

* * *

"Brayn Simpons! Jangan mengikutiku!" Tekan Arlin saat Brayn masih saja mengikuti kemanapun arah perginya.

"Kenapa? Kau tidak suka, Arlin?" Tanya Brayn seakan mempermainkan gadis itu.

"Berhenti mempermainkanku, kau menyebalkan!" Kesal Arlin dan berbalik menatap Brayn tajam.

Hal itu membuat Brayn membeku seketika. Entah kenapa keberaniannya untuk menggoda Arlin tiba-tiba menguap entah kemana, padahal tujuannya hanya berusaha untu menghibur gadis yang sudah ia anggap sebagai adik itu.

"Baiklah, maafkan aku. Bukankah ibumu menyuruh kita untuk berangkat malam ini ke jepang? Kenapa kau belum siap-siap?" Tanya Brayn berusaha menghilangkan ketegangannya.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang