05- Who Knows?

1.2K 63 3
                                    

Jakarta, pukul 22.00

Bruum!! Bruum!!

"Lin, lo serius? Ikut yang ginian lagi?" tanya Ocha ragu.

"Iya! Ini yang terakhir kali kok, gue janji!" ucap Arlin bersiap-siap melajukan motornya menuju arena.

"Lagian gue kepo banget, siapa yang jadi lawan gue kali ini," sambungnya lagi.

"Tapi kan--"

"Udaaah lo pada tenang aja!" potong Arlin cepat, karena ia tak suka temannya yang khawatir tingkat overdose.

"Lo pada udah siap kan? Yaudah yang bakal balapan malam ini, segera menuju arena!" ucap seorang wanita dengan menggunakan pengeras suara.

"Siapa sih yang jadi lawan gue sekarang? Cewek lagi! Selama ini gue gak pernah dapat lawan balapan cewek," Avin menjadi kesal sendiri.

"Iya loh vin, tuh cewek kayak ngeremehin lo aja!" sambar Theo.

"Katanya, yang kalah bakal ngasih motornya ke yang menang ya? Waah vin, kalo lo kalah, harus rela dong ngasih motor lo ke cewek itu ya?" Kalvin tambah memperburuk keadaan.

"Sialan lo Kal!"

Sedangkan Brayn hanya tertawa geli melihat wajah Avin yang bertambah masam karena ucapan Kalvin tadi.

Avin mengambil posisi tepat di sebelah cewek yang menjadi lawannya saat ini. Cewek itu juga telah bersiap-siap menggunakan motor ninja berwarna hitam.

Cewek itu juga menggunakan helm fullface sehingga Avin tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang menjadi lawannya saat ini.

Wanita yang berada di depan Arlin dan Avin, bertanya kepada mereka berdua apakah sudah siap, dan mereka menjawab hanya dengan anggukan kepala.

Beberapa detik kemudian, wanita itu mengangkat dua bendera yang dipegang di tangan kiri dan kanannya.

"Tiga.. Dua.. Satuu.. Mulai!!!"

Avin segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, sedangkan Arlin masih berdiam diri di tempat. Beberapa orang sudah bertanya-tanya kenapa gadis itu masih belum melajukan motornya.

"Gue tau malam ini bakalan hujan, gue harap lo baik-baik aja, gue sayang lo pin," Arlin bergumam tipis di balik helm fullface-nya.

Tak lama kemudian, Arlin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi beriringan dengan riuhnya sorak para penonton. Sesekali Arlin meliuk-liukkan motornya membelah jalan raya yang mulai sepi.

Sayup-sayup, suara gemuruh mulai terdengar, seakan sedang terjadi sebuah peperangan di atas langit. Petir mulai bersahut-sahutan menampakkan kilatan putihnya, menandakan hujan akan segera turun.

Masih seperti tadi, dua orang pembalap itu masih membelah jalanan jakarta yang sudah sangat sepi, haru sudah menunjukkan pukul 12.00 malam.

"Bangsat! Hujan bajingan! Gimana nih nasib gue?! Harga diri gue dipertaruhkan hanya karena sebuah hujan?!" rutuk Avin dibalik helm fullface nya.

Avin segera berhenti di perempatan jalan, dan berteduh di depan toko yang telah tutup. Avin mengusap-usap bahunya dengan kedua tangan sembari merutuki hujan yang sudah turun dengan deras.

Lima menit berlalu, sebuah motor ninja hitam berhenti tepat di depan Avin berdiri, Avin tahu bahwa cewek itu adalah lwannya tadi.

"Ngapain lo ikut berhenti di sini?" tanya Avin sarkas.

Arlin membuka helm nya dan menaruh helm itu di meja tang ada di depan toko. Ia sama sekali tidak menggubris pertanyaan Avin tadi. Arlin membenarkan letak masker hitam yang ada di wajahnya.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang