07- Koleksi(?)

1K 60 0
                                    

Arlin tidak suka dirinya dianggap pengecut dan diremehkan oleh orang lain. Arlin segera berjalan menuju taman belakang sekolah seperti yang Irene minta tadi.

Di tengah perjalanan, Arlin berpapasan dengan Theo yang tampak menyengir lebar ke arahnya.

"Kok, lo belum pulang Lin?" tanya Theo.

"Aku ada urusan bentar kak,"

"Ngomong sama gue gak usah formal gitu, pake lo-gue aja, gue udah tau lo kok Lin,"

"Okay, gue duluan ya,"

Theo menjadi penasaran kemana gadis itu pergi, Theo mengikuti Arlin dari belakang, karena tadi ia juga melihat Irene and the geng pergi ke arah yang sama dengan Arlin.

Bunyi tepuk tangan seseorang menyambut kedatangan Arlin. Irene berjalan mendekati Arlin, dengan gaya angkuh dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Bagus! cupu yang B. E. R. A. N. I " sambar Irene dengan penuh penekanan dan menyunggingkan senyuman iblisnya.

Arlin yang tadinya menunduk, sekarang beralih menantang tatapan membunuh Irene.

"Dasar! Miskin gak tau diri!" lawan Arlin.

Seketika Irene terkejut dengan penuturan Arlin. Irene langsung melihat ke arah dua orang temannya seperti memberi kode.

Tak menunggu lama, kedua teman Irene langsung menarik paksa Arlin dan mengikat Arlin ke tiang yang ada di taman itu.

"Apa lo bilang tadi?!" Irene mengangkat tinggi dagu Arlin dengan kasar.

"Lo mis..kin? Jelas aja sih miskinnya kakak Irene ini, beli cotton bud buat bersihin telinga aja gak mampu!"

Irene langsung menjambak rambut Arlin dengan kasar dan mencakar ganas leher Arlin dengan kuku-kuku panjangnya.

"Tajam juga tuh mulut!" ucap Irene dengan penuh penekanan.

"Ada masalahnya sama lo?! Mulut gue tajam apa nggak nya?!"

"Lo?? Gue??" tanya Irene dengan nada meremehkan.

"Ooh jadi ini, yang katanya geng paling ditakuti di SMA Garuda? Yang kerjanya cuma morotin uang Avin? Yang manfaatin ketenaran Avin? Iya?!!"

"Kalo iya kenapa?!! Kurang uang jajan lo kalo gue morotin uang Avin?! Perlu lo ketahui, kalo Avin adalah Bank berjalan gue!"

"Dan lo juga harus ingat! KALAU LO CUMA SEBATAS ORANG MISKIN QUEENSWELL!!" teriak Arlin dengan emosinya yang sudah meledak-ledak.

Empat orang laki-laki yang berdiri tak jauh dari sana hanya tersentak kaget dengan kata kata yang keluar dari mulut Irene.

"Guys! Kita apain nih bocah?"

Satu tamparan mengenai pipi kanan Arlin dan disusul oleh tamparan selanjutnya.

"Gimana? Kita mulai nih?" tanya Irene kepada kedua temannya.

"Gue sih, mau-mau aja, gak sekalian kita bakar?" tanya salah satu cewek, yang bernama Berly.

"Jessy! Lo ambil barang yang udah gue siapin tadi!" perintah Irene.

Cewek yang bernama Jessy itu, segera mengambil barang yang dimaksud Irene.

"Ini masih tahap pertama baby," ucap Irene dengan nada yang dihalus-haluskan.
Irene langsung menyirami tubuh Arlin dengan minyak goreng bekas.Arlin menundukkan kepala sambil memejamkan matanya.

"Welcome to my game, Queenswell!" Arlin mengangkat kepalanya kembali, ia menatap tajam ketiga cewek yang ada di depannya saat ini.

"Game?? Hahaha mamam nih game!!" Irene langsung menumpahkan bensin ke tubuh Arlin.

'Remehin gue terus!'

Selanjutnya mereka menyiramkan seember pasir dari atas kepala Arlin.

"Ini namanya api, sayangku," Irene mematik-matikkan korek api yang ada di tangannya.

Irene langsung saja mendekatkan puntung korek api itu pada aliran bensin yang mengalir pada tubuh Arlin.

"KEPARAT LO SEMUA!!! BAJINGAN!!!" maki Avin secara tiba-tiba yang diarahkan pada Irene disusul dengan kedatangan Theo, Kalvin dan Brayn.

Seketika puntung api yang ada di tangan Irene terjatuh ke tanah dan padam begitu saja.

"A.. Avin sayang, i..ini gak seperti yang kamu l.. lihat"

"Gue tau! Lo dan geng lo itu adalah orang yang paling ditakutin di sekolah ini! Tapi ini udah kelewatan, bajingan! Lo udah hampir ngebunuh anak orang!!" bentak Avin dengan kasar.

"Jadi, kamu lebih milih si cupu ini, Avin sayang?" tangan Irene membelai leher Avin manja.

"Lo gak takut sama sekali, kalau video ini gue sebar?" ancam Irene sambil memperlihatkan video yang ada di handphone miliknya.

Avin seketika terdiam melihat video itu, "gimana? Lo tetap milih dia, dan video ini akan gue sebar detik ini jug--" ucapan Irene terpotong oleh tawa Arlin yang lebih mirip dengan tawa setan.

"Avin, lo gak perlu takut kalo video itu tersebar, karena gue tinggal nyuruh bawahan gue buat nyebar video yang sebenarnya." Arlin balik meremehkan.

"M.. Maksud lo?" tanya Irene gugup.

Arlin menghela napas dengan kasar, "Miskin.. Miskin.. Asal lo tau.. Cafe itu punya gue!" Arlin tersenyum miring melihat kegugupan Irene.

"Eeh kakak Irene kok gugup? Maapin adek Arlin ya, udah lancang sama ketua geng yang terkenal ganas di Garuda,"

"Udah! Theo, lo anterin Arlin pulang! Dan lo! Queenswell, tunggu disini!!" teriak Avin hingga membuat mereka terdiam.

Theo berjalan ke arah belakang Arlin untuk melepaskan ikatan pada tangan Arlin.

"Gak usah kak! Udah lepas dari tadi kok!"

Arlin melepaskan tali-tali yang ada di tangannya. Tanpa Arlin sadari, Theo yang berada di belakang Arlin memperhatikan lekat jam tangan Arlin.

"Arlin.. Jam tangan lo?"

"Kenapa? Lo liat pisaunya? Udah, gak usah pikirin, nanti lo bakal tau kok kak!"

"Kak, lo anterin gue ke Luxury Golden Appartement."

"Itu kan Appartement yang paling mewah setau gue, lo tempat siapa disana?" tanya Theo kagum

"Udah, lo anterin aja gue kesana,"

* * *

Brayn menarik kasar tangan Irene, Avin dan Kalvin hanya mengikuti mereka dari belakang.

Brayn menghempaskan kasar tubuh Irene ke dinding, "Gue ingetin, lo jangan main-main sama dia!! Kalau lo mau ngambil resiko, silahkan! Dan kalau mau jadi tambahan koleksinya, GUE IZININ!!" tekan Brayn penuh peringatan.

~~~~~

Hallo guys
Udah lama ya? Maapkan kami ya
Jangan lupa vomment nya, okay??

Salah cinta:*
Rashyaxn

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang