08-Drowned(?)

1K 63 1
                                    

Hari ini Arlin berangkat menuju sekolah bersama papanya. Tuan Albert. Karena kemaren setelah diantar oleh Theo, Arlin segera menuju rumah sakit untuk mengantar mamanya pulang.

"Pa, Arlin duluan ya!" pamit Arlin pada tuan Albert. Ia segera turun dari mobil, diiringi dengan tatapan bertanya-tanya dari murid yang menyaksikan itu.

"Itu si cupu ngapain sama tuan Albert?!"

"Nggak pantes banget cupu gituan naik mobil mewah!"

"Nggak tau diri banget, udah miskin, cupu, jelek, pake numpang di mobil tuan Albert lagi!!"

Begitulah bisikan-bisikan yang terdengar oleh Arlin. Namun, Arlin tak menghiraukan bisikan-bisikan setan tersebut.

* * *

Avin yang berada di dalam kelasnya, hanya melamun menatap keluar jendela. Ia memikirkan kejadian kemaren. Sesekali ia mengacak rambutnya frustasi.

Mengapa Irene tega menjadikannya sebagai Bank barjalan? Siapa sosok Arlin sebenarnya? Kenapa Arlin berani melawan Irene? Setahu Avin, tidak ada yang berani melawan Irene dkk.

Apalagi, sejak hari pertama Arlin sekolah disini, kenapa Arlin bisa mengetahui nama panggilan Avin, sedangkan ia sama sekali belum pernah bertemu dengan sosok Arlin.

"Arghhh!!!!! Siapa sih tuh cewek?!!"

"Brayn! Sebenarnya Arlin itu siapa? Gue yakin lo tau banyak tentang dia, trus apa maksud lo tentang koleksi Arlin?" Avin bertanya pada Brayn yang duduk di sebelahnya.

"Segitu ingin tahunya lo?"

"Apa susahnya sih, tinggal jawab pertanyaan gue?"

"Bukannya lo cuma anggap dia sampah? Cupu yang menjijikkan?"

"Kok lo jadi ngeselin gini sih, Brayn?!"

"Suatu saat lo bakalan tahu."

"Bajingan emang!!"


* * *

"Lin, yuk ke ruang ganti," ajak Nanat pada Arlin. Karena memang jam olah raga renang mereka sudah berakhir.

"Kamu duluan aja Nat! Aku ambil baju ganti dulu ke loker,"

Arlin sedikit berlari menuju loker itu, ia berlari di tepi sekitaran kolam berenang dan tak sengaja menginjak bubuk-bubuk licin hingga membuat ia terpeleset.

BYUURRR!!!

Arlin jatuh ke dalam kolam renang, ia berusaha menggapai tepian kolam, tapi usahanya sia-sia karena kakinya terasa sangat gatal.

"Sialan! Ini detergen! Mana kulit gue sensitip banget sama detergen!" Arlin mengedarkan pandangannya ke seluruh area kolam renang, ia teringat bahwa jam olah raganha adalah jam terakhir, pasti semua orang sudah bersiap siap pulang.

"Udah keinjek ya? Detergen yang gue tuangin di sekitar kolam?"

Suara seseorang mengagetkan Arlin yang masih saja berusaha menggapai-gapai tepian kolam. Arlin hanya diam, karena ia sudah sangat sulit untuk bernapas.

"Selamat M. A. T. I Arlin ku sayang!" ucap Irene dan berlalu begitu saja pergi meninggalkan Arlin disana.

Satu jam berlalu, Arlin masih saja bertahan untuk bernapas, Arlin melihat ada seorang penjaga sekolah yang mengunci pintu ruangan renang.

Arlin berteriak minta tolong, namun rasanya percuma, suaranya sudah sangat parau, karena banyak meminun air kolam.

Sampai pada akhirnya, pandangan gelap menjemput pengelihatan Arlin, ia sudah tidak kuat lagi menahan dinginnya air kolam dan pasokan udara yang sudah sangat menipis.

* * *

Pintu ruangan kolam terbuka, pak Amroy, seorang penjaga sekolah yang setiap pagi berkewajiban membersihkan ruangan berenang.

"Astaghfirullah, siapa tuh??" pak Amroy terkejut melihat seorang perempuan yang mengapung dalam keadaan tertelungkup di permukaan air.

Pak Amroy segera menolong gadis itu, dan membawanya ke tepian kolam, ternyata gadis itu adalah Arlin, 'Anak dari pemilik sekolah' ini.

Pak Amroy langsung membopong Arlin menuju UKS.

"Kasian banget non Arlin, dibuli didaerah kekuasaannya sendiri. Neng Irene dkk itu cuma seolah seekor semut yang masuk ke kandang singa, dan berusaha menghajar anak singa."

"Pak, itu siapa?" tanya Theo yang kebetulan berpapasan dengan pak Amroy.

"Ini mas, neng Arlin, saya temuin terpung di kolam renang,"

Seketika, Theo dibuat terkejut, ia mengambil alih Arlin dari bopongan pak Amroy.

Seketika ia berlari-lari dari tempatnya dan pak Amroy bertemu, karena terlalu khawatir melihat keadaan Arlin.

Langsung saja ia membaringkan tubuh Arlin di ranjang UKS, Theo memanggil petugas UKS untuo segera menangani Arlin.

Theo pergi keluar UKS untuk menuju kelasnya. Sesampainya di kelas, Theo menarik tangan Avin dengan kasar menuju UKS.

Sesampainya di UKS, "Tuh, kerjaan pacar lo! Bahkan, untuk bernafas, Arlin harus memakai alat laknat itu!!" tunjuk Theo pada Arlin yang terbaring lemas, dengan menggunakan oksigen itu.

"Peduli apa lo sama anak baru, yang sekolahnya baru tiga hari?" Avin menaikkan sebelah alisnya.

"Karena gue masih punya rasa kemanusiaan, " jawab Theo datar.

"Sekarang gue tanya, apa yang yang membuat lo jatuh cinta sama orang sekejam Irene?"

"Lo nggak tahu apa-apa tentang Irene, dan lo belum lihat sisi baiknya Irene!"

"Apa?!! Sisi baik?!! Dari mana bajingan?!!"

"Dia penyayang sama binatang,"

"Binatang iya! Tapi manusia?! Gak ada bedanya sama seorang penyiksa bego! Lo bodoh Vin! Lo buta karena rasa cinta lo ke Irene!!"

"Banyak dia ngebuli orang tanpa sebab Vin! Kemaren dia buli Arlin dan hampir ngebakar Arlin, dia juga ngebuli adek kelas yang gak ada salah! Lo bilang itu baik?!!"

Theo meninggalkan Avin yang masih terdiam tak membalas ucapan Theo.

~~~~~
Pengen dong, instagram aku dan dia di follow, biar deket gitu sama kamu, wkwk

@humayraaf @ziyraustine
@vwxyzzz__ @venneshyacoppen

Jan lupa vomment nya ya
Sampai jumpa di part selanjutnya
Salam cinta
Rashya:*

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang